Bagi seorang Bawahan, bisa saja merasa jengkel selalu diperintah Atasan yang terkadang "merampas" kebebasan. Sehingga menganggap atasan tak mengerti perbedaan makna dari kata bawahan dan suruhan.
Kemudian, diam-diam membayangkan, begitu leluasanya atasan yang memiliki kuasa. Namun, ketika menjadi atasan. Malah banyak bingung, pusing, bahkan sekilas terbit rasa iri para bawahan. Tak perlu banyak mikir, tinggal kerjakan dan minim risiko. Halah!
Bila ditanyakan pada ibu-ibu pedagang sayur di kampungku, bisa jadi merdeka itu, adalah kebebasan menjajakan aneka hasil pertanian mereka di jalanan, melewati pukul 6 pagi tanpa teguran dan usiran Satpol PP. Sehingga tak perlu ke pasar sejak pukul dua dinihari.
Hal yang nyaris sama, mungkin juga diinginkan anak-anak kecil dengan tubuh dicat silver atau pemusik jalanan bermodal ukulele di perempatan jalan. Bebas menadahkan kardus bekas atau telapak tangan kepada pengendara yang mesti berhenti kala lampu merah menyala.
Nah, gegara akan menghasilkan beragam jawaban. Maka, aku tak akan menuliskan makna kemerdekaan dari orang-orang. Tapi, "menebak" makna merdeka dari tanaman rumahan. Boleh, ya?