Rumah dan jalan. Adalah dua hal yang berbeda baik secara bentuk maupun fungsi. Namun, keduanya punya hubungan saling keterkaitan.
Kali ini, kucoba menulis hubungan rumah dan jalanan. Karena bertepatan dengan peringatan Hari Lingkungan Hidup. Khususnya, tentang keberadaan, perubahan fungsi, proses pembangunan dan status jalan.
Simbiosis antara Rumah dan Jalan
Aku meminjam kajian rumpun keilmuan biologi tentang interaksi makhluk hidup, jika ditautkan dengan keberadaan rumah dan jalan. Yaitu simbiosis. Dan, ada tiga jenis simbiosis yang biasa dikenal.
Pertama. Simbiosis Parasitisme.
Secara bahasa teori, adalah jenis interaksi yang satu diuntungkan. Dan yang satu dirugikan.
Pernah membayangkan membangun rumah tanpa jalan? Atau mungkin ada yang ingat, kehebohan kasus seorang warga yang menutup gang di samping rumahnya. Karena interaksi yang terjadi adalah simbiosis parasitisme. Contoh lain?
Saat ada rencana membangun rumah atau bangunan, terkadang jalan dikorbankan. Atau sebaliknya! Ketika ada proyek pelebaran jalan, gantian rumah dan bangunan yang jadi korban.
Istilah Ganti Rugi cukup menjadi argumentasi jenis kompensasi kedua hal di atas, kan? Aku tak akan terlibat pada kekisruhan makna, apatah mengganti kerugian, atau sesudah diganti tetap aja rugi?
Kedua. Simbiosis Mutualisme.
Interaksi jenis ini yang paling populis. Karena para pihak saling untung, dan tak ada yang dirugikan.
Coba tanyakan pada pengembang perumahan. Pengembang yang baik, akan lebih dulu mendisain jalanan perumahan. Baru kemudian menentukan lokasi bangunan rumah dan rumah ibadah, taman, kawasan hijau dan lain-lain.