Kau berucap inginmu. Aku membayangkan setangkai mawar merah tanpa sehelai daun. Membeku.
Embun terlahir dari rahim waktu. Ia datang tak perlu mengetuk pintu. Dan, berlalu dalam bisu. Tanpa butuh sepatah kata tunggu.
Aku pun tak ingin seperti daun, kala pagi membujukmu singgah. Sebab, aku tak kuasa mencegah sapaan mentari, hingga cahayanya memaksa kau dan aku berpisah.
"Embun tak butuh warna, untuk memaksa dedaunan jatuh cinta!"
Aku ingin sepi melesat bersama pagi yang pergi. Menjaga butiran mimpi yang terjatuh, agar tetap utuh. Jika pagi tak lagi kembali, aku tak perlu merajut nyeri.
Ketika bulir senja bergulir di kaca jendela. Awan luka mengajak gerimis membujuk lupa. Aku memahat sebuah tanya, kau di mana?
Curup, 26.03.2021
zaldychan