Aku pernah mengaku mampu menghitung bintang. Satu, tiga, lima, tujuh belas, tiga puluh lima. Dengan senyuman, kau bisikkan dua kata, "tak terhingga."
Dulu, aku tak mampu melihat arah angin. Tapi, aku bisa membaca arah ingin. Dengan air mata, kau wakilkan rasa bangga.
Aku mengingatmu. Namun, kau tak butuh itu.
Curup, 25.11.2020
zaldychan