Kita bersama...
Suaramu gagu. Ragu mengeja angka-angka pilu. Tertera dan tergesa disusun bisu, sebelum kakimu melangkah kaku. Dari balik pintu.
Yang sembuh...
Gerak bibirmu tertanam dalam secarik kain ungu, bukan biru! Kupastikan tak mungkin keracunan cairan madu. Kau kunci pun kata mati. Siapa peduli?
Terima kasih!
Suara-suara terhempas ke udara. Senja menantikan parade bintang-bintang. Berpacu menunaikan tugas matahari, yang nyaris tak terganti. Melupakan bulan yang termangu. Menunggu.
Kali ini, tak ada senyummu, ketika semua mata menatap kalung kayu. Bibirmu tertutup. Oleh secarik kain ungu tak berkatup.
Jika aku mati terkunci! Siapa peduli?
Curup, 08.07.2020
zaldychan