Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Puisi | Merajah Dinding Waktu

17 Desember 2019   18:00 Diperbarui: 17 Desember 2019   17:58 127 35
Tak lagi ada riuh debur ombak yang terpahat erat di sudut hari. Hanya semilir angin samudra yang resah menapaki bibir pantai paling sepi. Serasa enggan membujuk bulir-bulir pasir, menghapus jejak hati yang telah lama terukir. Namamu.

Masih terngiang gemuruh rajukmu hari itu, menyisakan jeruji nyeri di ruang pilu. Tak berhenti, ketika sepoi angin kembali mengajak sunyi menemani. Kau tak pernah menyimpan benci, pun tak ingin aku menjadi saksi. Airmatamu.

Bayangan langit tenggelam di tubir senja, menutup tabir pertengkaran serpihan alam. Membiarkan prosesi suci tak bergema, memadu gradasi warna di antara repihan malam.

Aku mengingat lekat siluet punggungmu yang perlahan menjauh pergi. Tak pernah berpaling lagi.

Meninggalkan aku, dan bisikan dulu yang merajah dinding waktu.

Lupakan aku!

Curup, 17.12.2019
zaldychan


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun