Masih terngiang gemuruh rajukmu hari itu, menyisakan jeruji nyeri di ruang pilu. Tak berhenti, ketika sepoi angin kembali mengajak sunyi menemani. Kau tak pernah menyimpan benci, pun tak ingin aku menjadi saksi. Airmatamu.
Bayangan langit tenggelam di tubir senja, menutup tabir pertengkaran serpihan alam. Membiarkan prosesi suci tak bergema, memadu gradasi warna di antara repihan malam.
Aku mengingat lekat siluet punggungmu yang perlahan menjauh pergi. Tak pernah berpaling lagi.
Meninggalkan aku, dan bisikan dulu yang merajah dinding waktu.
Lupakan aku!
Curup, 17.12.2019
zaldychan