Kamar kita? Tak ada jawaban! Hanya renyah tawamu dan sisa perih cubitmu di lenganku.
Berdua, memandangi sepasang bocah yang berlarian di halaman, yang dihiasi warna-warni asri hanya satu jenis bunga mawar di sudut-sudut taman. Atau menyaksikan tawa canda mereka yang berkejaran, saling melempar lumpur dari bentangan sawah usai panen yang terhampar di belakang rumah kayu.
Kenapa kita tak ikut? Tak ada tawa dan cubitmu. Aku tahu, kau ingin aku tetap bersamamu.
Di beranda. Kau duduk di sisiku melepas kepergian matahari, berganti jingga senja yang menemani. Suguhan secangkir kopi menjadi sajian paripurna menutup perjalanan hari, dan aku yang terkunci dengan segaris senyum manismu laksana penjara suci.
Anak-anak? Senyummu, segera mengubur tanya dan rasa ingin tahu.
Kini, hanya bersisa jejak perjalanan kata tak bermakna. Bersama bisikan doa, mengiringi tetesan hujan. Dan kesepian yang membasuh ranting kenangan, membilas rasa perih kehilangan.
Maafkanlah!
Curup, 20.11.2019
zaldychan