Aku terlambat merakit tungku perapian. Agar kehangatan mengajak pulang senyummu untukku. Atau, akan kubakar ranting-ranting kesedihan yang pernah ada di alam pilu, dan kubiarkan kau tersesat hanya di taman rindu.
Namun kehilangan begitu mahir merajut perih sembilu, melibatkan semesta bersekutu pada ragu. Saat laju waktuku mengusik titik-titik pencarian. Kau meracik jejak-jejak bisu penantian.
Aku merindukan rindumu, merindukanku.
Kita terlalu tua untuk kembali menjadi saksi, prosesi kematian patah hati.
Curup, 29.10.2019
zaldychan