Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Puisi Pertamaku di Kompasiana

12 Januari 2014   00:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:55 28 1
Menyisir malam
Meringkas hari terlewat dalam renungan
adakah makna telah terbuat ataukah kesia-siaan seperti kemarin
yang kembali menertawakanku

lalu kudengar angin berbisik
"Siapakah engkau yang begitu angkuh menepuk dada
dalam secuil energi tertumpah dan itu hanya untukmu...untukmu sendiri"

Anginpun melanjutkan Rintihnya
"Kau punya tapi selalu kau anggap tak ada... lalu kau berteriak kurang dan selalu kurang... sebenarnya kau dapatkan bagianmu tapi seakan kau tak mengerti padamu ada titipan"

Angin mulai semakin lantang
"Tidakkah pernah kau buka mata... melihat tangan2 mungil terjulur... badan-badan lusuh mengais bak sampah... dan kau...lagi-lagi kau merengek minta yang lebih"

Anginpun mulai mengeluarkan marahnya
"Kau pelit... kau tamak... pelit dan tamakmu membutaka matamu bahkan mata yang tak tersentuhku... mata batinmu buta... membuatmu mengiba dirimu...sehigga kau lebih miskin dari mereka"

Menyisir malam
Meringkas hari terlewat dalam renungan
Ternyata bukan hanya kesia-siaan yang menertawakanku... akupun menertawakan diriku sendiri... karena aku tak bisa melepas angkuhku.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun