Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Apa yang Tidak Sesuai Harapan, Bisa Jadi Kejutan di Masa Depan

10 Februari 2017   08:34 Diperbarui: 10 Februari 2017   08:58 698 0
Sebagai Guru Agama, Ayah mengarahkan anak-anaknya untuk mengambil sekolah agama dibanding sekolah umum. Tapi beliau tidaklah memaksakan kehendaknya, seperti kakak perempuanku yang sekolah di SMEAN 3 Surakarta (sekarang menjadi SMKN 3), anak-anaknya bebas memilih sekolah yang diingankan. Aku sendiri banyak menjalani pendidikan di instansi pendidikan keagamaan, dimulai dari Rodlotul Atfal (RA) Surdiman (setingkat TK), kemudian melanjutkan ke sekolah yang lokasinya tepat didepan TK tadi yaitu Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Mendungsari, dan trendnya memang lulusan RA Sudirman biasanya ke MIM Mendungsari. Pada saat itu progam pemerintah tentang ujian akhir nasional sebagai syarat kelulusan belum ada, tapi ujian akhir nasional yang biasa disebut UAN ada. Nilai UAN tersebut yang menjadi acuan jenjang pendidikan selanjutnya. Nilain UAN.ku tidaklah tinggi, tapi juga tidak terlalu rendah. Untuk masuk SMP Negeri Gondangrejo sepertinya cukup, karena ada teman dengan nilai yang hampir sama bisa masuk ke sekolah tersebut. Tapi kuputuskan masuk di MTsN Gondangrejo, seperti trend masuk MIM Mendungsari tadi, trend lulusan MIM Mendungsari melanjutkan sekolah di MTsN Gondangrejo, disamping trend tersebut juga dipengaruhi oleh beberapa sesepuh kampung yang menjadi guru di MTsN Gondangrejo. Sistem kelulusan berdasarkan nilai UAN juga belum ada pada saatitu, jadinya santai dan tidak ada yang terlalu stress yang bahkan bisa sampai bunuh diri.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun