Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan Pilihan

Passion itu Penting

19 Maret 2015   13:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:25 185 1
Apa itu passion? Saya mau cerita kisah  “mama” a.k.a istri saya. Kalau menurut saya, dia mengikuti Passion-nya. OK, saya coba cerita. hehehehehe…!!!!! Mama itu ketika awal menikah dengan saya masih berstatus Dosen PNS di sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Solo. Solo itu daerah pedalaman Jawa, budaya jawa yang kental. So, menjadi PNS adalah kebanggaan tersendiri. Semua bilang, saya beruntung dapat istri PNS dan dosen lagi. Kesejahteraan tentu terjamin dan apalagi ada pensiun. So, masa tua bukan masalah. hahahaha….!!!! Ini tipikal sekali di daerah. PNS adalah segala-galanya, tidak masalah jika kamu adalah seorang pesuruh atau bos. Pokoknya PNS. Mama itu lulusan Universita Indonesia (UI). Dia lulus jenjang S1 dari Fasilkom UI angkatan 1999.  Sebelumnya, Mama bekerja di Penerbitan besar di Jakarta tahun 2003. 2005, mama pulang kampung ke Solo karena diterima sebagai Dosen PNS di PTN. 2007, Mama berangkat ke Jakarta lagi untuk menempuh pendidikan S2 di Fasilkom UI. Praktis, Sebagian besar kehidupannya di Jakarta. 2011, Dia menikah dengan saya artinya  pulang kampung lagi. Anak kami lahir mei 2012. Ketika sedang seneng-senengnya punya anak. Dia minta resign dari Dosen PNS. Duarrrrr…..!!!!! hehehehhehe…!!!! Keadaan jadi kacau balau. hehehehe…!!!! Buat saya, Itu pilihan mama. Kalau Mama bekerja itu jadi pahala buatnya. Mama pengin keluar itu hak dia. Karena kewajiban kerja khan di saya. But, soal penghasilan cukup atau tidak. Allah sudah mengaturnya. hehehehehe….!!!! Bapak Ibu mertua dan Bapak Ibu saya sendiri yang bingung. Mereka semua adalah PNS. PNS khan masih bisa bisnis tanpa harus resign dulu. Lha kok ini mau keluar. Maunya apa? Semua bingung dengan keputusan Mama. Saya coba nanya-nanya ke Mama, “Kenapa mau resign ma?”. Jawab mama, “Mama nggak nyaman mengajar, kurang sreg yah”. “Mama kalau mengajar kurang sreg selalu ada yang kurang”, tambahnya. Mama itu orangnya total. Kalau sudah terjun di suatu bidang harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Mama merasa sudah berusaha semaksimal mungkin kok tidak sreg. Mama nggak ada minat sama sekali meskipun ada kemampuan menjadi Dosen. Pusing saya, kok nggak betah napa ya? Mama cuman pernah cerita kalau suka mainan anak. Sewaktu masih mahasiswa , mama suka lihat deretan mainan di etalase di Mall.Mama emang cuman lihat tapi hatinya puas. Apa ini Passion? hehehehe…!!!!! Mama sudah hafal pabrikan mainan anak misal: fisher price, bright start atau leapfrog sampai Little tikes. Keunggulan dan kelemahan pabrikan sudah hafal diluar kepala. Karena punya anak, Mama ada alasan untuk menekuni kembali dunia kecilnya. Mama mau beli mainan buat si Ifa musti browsing dulu, baca review, cara pemakaian, dan bahaya dsb. Pokoknya lengkap deh, sampai hal-hal yang tidak kepikiran orang lain. Dia mesti lakukan. “Rasanya puas”, kata mama. Suddenly, Mama bilang ke saya mau buat rental mainan setelah resign. Hahahahaha…!!!! Pusing kepala saya. Dunia yang jauh dari saya bahkan mungkin sama sekali baru. Gimana mau mengawali. Coba aja, gak usah dipikir panjang . Kalau Mama sudah mantep tinggal saya dukung. Karena sudah tekad bulat. Mama akhirnya resign tanpa ada plan B. Pokoknya resign dulu alias Terjun Bebaaaaaaasssss…!!!! Pokoknya nekad abis. Plan A cuman satu yaitu  buka usaha rental mainan. Sulit dipahami buat saya. Maklum, Warga kota kecil yang kuper. hahahahaha…!!! Apa ada yang nyewa? Siapa yang nyewa? beli mainannnya dimana? kalau rusak terus gimana? Ada yang jual spare part-nya? Buka toko atau percetakan masih bisa kebayang gimana-gimanya. Ini rental mainan, sama sekali masih buta. Buat saya….!!!!! hehehehehe Akhirnya, Passion mengambil alih dari sini. Mama sudah passion di dunia anak khususnya di mainan anak dan perlengkapan bayi. Alhamdulillah,  jaringan internet sudah tersedia di rumah kami. So, dua modal utama hanya Passion dan Internet. Mama selalu browsing siang malam tentang rental mainan. Mulai dari pelaku usaha rental mainan di kota besar semacam Jakarta, Bandung dan Surabaya. Dia pelajari berbagai jenis mainan yang disewakan, harga, cara menyewakan,  promo dan sampai dengan sejarah perjalanan usaha mereka. Mama pelajari semua itu. Lha mana contoh rental mainan di kota kecil? hehehehehe….!!!! Sangat terbatas je. Kebanyakan di kota besar. Ada juga menawarkan franchise. Franchise? Buat mama, Big NO NO NO. We’ll build from the scratch *Halah. hehehehe…!!!! Mama catat yang menjadi poin-poin penting. Mama mulai buat sistem sewa, aturan denda yang dituangkan dalam SOP, prosedur pengantaran mainan. Mama mulai memilih jenis-jenis mainan yang akan disewakan berdasarkan pabrikan, umur, edukatif dan non edukatif dsb. Mama mulai mencari toko yang menjual mainan baik secara online atau offline. Mama berdiskusi dengan saya siang dan malam. Persiapan pembuatan rental, sistem antar jemput, uang jaminan sampai perawatan dan perbaikan jika mainan rusak dan penyimpanan. Tidak mentor atau contoh usaha yang memadai. Kami melakukan improvisasi saja. Kalau ada tidak seperti yang kami inginkan. Tahap persiapan ini dilakukan ketika mama sudah resign dan hanya di rumah saja. Anak usia 5 bulan. Mama selalu melakukan persiapan. Jika rasa bosan menghinggapi maka diselingi membuat MPASI buat si Ifa atau masak untuk orang serumah. Hikmahnya, Ifa lulus S2 ASIX dan sukses mengkonsumsi MPASI sebenarnya. Lha, dia dijaga terus oleh mamanya. Saya kerja dengan penghasilan pas-pasan saja. hehehehehehe…!!!!!! Pokoke nekad. kita belum tahu potensi pasar di Solo. Kami melakukan karena ingin mandiri dan rasa cinta mama yang besar terhadap mainan. Kata orang itu Passion. Kami benar-benar buta tentang peluang pasar. Kami masih buta tentang calon konsumen. Semua hanya nekad dan berbekal tekad saja. Pegangan kami populasi anak semakin lama semakin bertambah. Itu peluang kami. hehehehe…!!!! Saya inget mainan pertama kami yaitu Roller Coaster. Kami beli secara online dengan harga jutaan. Dag dig dug, nyampai nggak di rumah? itu modal kami. Alhamdulillah, sampai juga. Little Tike Cozy Coupe itu mainan kedua dan seterusnya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun