Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Sosok Pemimpin Menurut Islam

30 Juni 2019   16:20 Diperbarui: 30 Juni 2019   16:43 13 0
Nama        : Lilik Mushlihah
Nim        : 1708307008
Jurusan/semester     : Ilmu Hadits / 4
Mata kuliah        : hadits sosial budaya

PEMBAHASAN
Teks Hadits

  : :  : "   :
Telah menceritakan kepada kita Sulaiman bin Abdirrahman ad-Dimasyqi, yahya bin Hamzah, dan telah mencerirtakan kepadaku Ibn Abi Maryam, sesungguhnya Qosim bin Mukhoimiroh, bahwasannya Abu Maryam al-Azdi telah mengabarkan kepadanya, ia berkata: aku menemui Mu'awiyah, kemudian ia berkata: kenikmatan apakah yang diberikan  kepada kami melaluimu wahai Abu Fulan? Hal itu merupakan perkataan yang biasa diucapkan orang orang arab, kemudian aku sampaikan sebuah hadits yang aku dengar, aku akan mengabarkan kepadamu, aku telah mendengar Rasulallah saw bersabda: barangsiapa Allah Azza wajalla serahkan kepadanya sebagian urusan orang muslim kemudian ia menutup diri dari melayani kebutuhan mereka, maka Allah akan menutup diri darinya dan tidak melayani kebutuhannya serta keperluannya. "abu Maryam berkata: kemudian mu'awiyah menjadikan seseorang untuk mengurusi kebutuhan kebutuhan manusia (HR. Abi Daud).
Skema sanad :

1


3


6


8


10



b. Status Hadits
 Setelah diketahui ternyata hadits yang pertama itu merupakan hadits   yang mana hadits tersebut pada awalnya adalah hadits dhoif kemudian dikuatkan oleh perawi yaitu Sulaiman bin Abdirrahman ad-Dimasyqi yang diketahui sebagai thobaqot 10 dan yang berstatus shaduq hasanul hadits
(2447) : : ( ): : ( ): : ( ): : . : : (   ): : ( ): . : ( ): . : : ( ): . : . . . . .
Artinya
 kalimat  dalam kitab fathul wadud maksudnya itu mengaku kagum dan senang sebab kehadiran pembawa berita, dalam kitab majma diucapkan sebagai oarng yang merasa bahagia dengan pertemuan itu. Atau sesuat yang mebuat kita bahagia dan menyenangkan mata sebab perempuan dan sebab melihat

   berarti mencegah dari sifat kikir ketika mereka membutuhkannya, atau memenuhi hajatnya, kebutuhan rakyat yang tidak sampai pada drajat darurat yang jika tidak terpenuhi maka urusannya akan cacat atau baik
(tidak seimbang) sedrajat dengan hajah, dibawah drajat darurat.b maknanya seorang pemimpin itu tidak boleh menolak untuk menerima apa yang dihajatkan rakyatnya, kelelahan rakyat, menurut suatu pendapat hajat, faqr, kholat, berdekatan maknanya, lafadz itu sengaja di ulang tiga kali meskipun beda beda lafadz namun sama scara makna, hal ini bertujuan untuk menguatkan.
  Allah menjauhkan dan menolaknya dari sesuatu yang ia inginkan (cita-citakan) untuk mendapatkan kebahagiaan agama dan dunia, maka ia tidak akan menemukan jalan keluar pada keinginan keinginan yang bersifat darurat/menfesak, al-qodhi berkata maksudnya menarik diri disini Allah tidak ingin mengabulkan doa doanya pemimpin tersebut. Setelah mu'awiyyah mengutus seorang mundzir berkata bahwa yang menjelaskan hadits ini At-Tirmidzi, dan menurut pendapat lain bahwa sesungguhnya Aba Maryam disini yaitu Amr ibn murroh al-Juhany, sesungguhnya At-Tirmidzi yang meriwayatkan hadits ini.
       Ketika muawiyah mengutus seseorang untuk terjun ke masyarakat, menganalisa kebutuhan mereka, kemudian mereka ini menyampaikan hasil analisanya kepada muawiyah, karena beliau saat itu berlaku sebagai amirul mukminin. Demikian juga seorang pemimpin mengurusi pemerintahan dan juga kebutuhan rakyat ia juga tidak boleh menutup diri untuk perkara perkara yang selain perkara kebutuhan rakyat. Hendaknya ia mengatur waktu, untuk perkara ini sekian waktunya, untuk perkara itu sekian waktunya, sedemikian rupa sehingga ia tidak kelebihan beban." (Syarh Riyadh Shalihin).

c. Refleksi
pesta demokasi belumlah lama terjadi di negeri kita tercinta ini, dalam rangka memilih sorang pemimpin negeri yang digadang gadangkan akan menjadi aspirasi bagi rakyat, seluruh masyarakat disudut kota maupun desa bergembira dalam merayakan pesta demokrasi ini.
seorang pemimpin adalah seorang kepercayaan dari rakyatnya sebab pemimpin merupakan struktur tertinggi yang bertugas sebagai payung bagi masyarakat maupun yang dibawahnya, seperti yang telah di paparkan dalam hadits diatas mengenai pemimpin yang harus lues terhadap rakyatnya, mampu melayani apa yang dihajatkan rakyatnya tidak bersifat congkak, harus memahami kondisi yang dialami rakyatnya, tidak hanya pada mimbar kampanye dengan sejuta janji.    beratnya menjadi seorang pemimpin harta yang dimiliki pun hanya sebatas untuk memenuhi hak kewajiban sebagai suami kepada keluarganya dan untuk memenuhi hak rakyatnya yang membutuhkan.
Namun menjadi seorang pemimpin tidak hanya sebatas dalam negeri antara raja/presiden dangan rakyatnya, dapat juga dalam lingkup kecil contohnya seperti pemimpin dalam sholat, hal ini tercantum dalam suatu hadits:
: " "

Dalam hal ini menjadi seorang pemimpin/imam sholat mendidik diri agar mampu menyeimbangkan dirinya dan ma'mumnya karena dari semua ma'amum itu memiliki hajat yang berbeda, ada yang lemah, dan boleh jadi seseorang yang sedang dalam keadaan bepergian oleh karena itu menjadi imam harus dapat membaca situasi dan kondisi dari pada ma'mumnya.
      juga pemimpin bisa diapresiasikan pada diri, bagaimana menjadi pemimpin bagi diri sendiri dan itu tidaklah semua orang menyadari bahwa dirinya pemimpin bagi diri sendiri untuk mendidik agar mempunyai arah tujuan dalam hidup.  

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun