Meniti sisa-sisa gerimis subuh menuju kota tua
Kota di mana pernah tergantung sebuah harap
Harap yang dalam kesendirian kerap melahap
Meski tak ada sedu, tak bisa kuredam rindu dendam
Tak bisa kulipat rapat luapan renjana tentang gemulaimu
Yang selalu tersaji dalam imaji
Yang terus kembali ke ruas hati setelah kucecerkan di tiap persimpangan