Oleh: Zuhrotul Makrifah
semesta mulai bangkit ketika kubaca pesanmu
tentang suara terompet dan kembang api
dalam seteguk whisky. aku tak pernah tau
wajah pagi yang melahirkanmu
juga matahari yang membakar jejakmu
namun, "berdoalah" kataku saat itu
dalam gerimis yang mulai menasbihkan namamu
semenjak angin penghujung tahun menyampaikan
pesanmu yang hangat, musim tak pernah mampu
meretakkan sendiku. lalu kulihat pintu riwayat yang terbuka
dan tangan kukuhmu merengkuh ujung rasaku
seperti selaksa langit, hatiku mekar
dalam makrifat yng tak pernah pudar
semenjak gerimis doa menasbihkan namamu
jarak selalu membuatku ingin kembali
ke pantai yang telah kutinggalkan
dan ingin kubangun lagi surau bercahaya
di sudut lintasan waktu
lalu, kutuliskan rindu dalam mushaf-mushaf
pada angin yang menghembuskan segenap cintaku
untukmu. agar kau tau rapuhnya gerimis
dalam genggamanku. agar kau rasakan doa-doa
yang tak pernah putus dari bibirku
melafadzkan namamu
Hsinchu, november 2010