*Pandangan Gus Baha tentang Islam akan Selalu Menang Secara Argumentatif, Sebab Disokong Hujjah Ketuhanan*
Islam adalah agama yang sempurna. Keberadaan Islam yang berkembang di seluruh dunia adalah bukti Islam memenangkan hati sebagian besar penduduk dunia. Islam akan selalu menang secara argumentatif, sebab agama ini disokong dengan hujjah ketuhanan. Bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa.
Pakar Tafsir Al Qur'an, KH. Ahmad Baha'uddin Nursalim yang akrab disapa Gus Baha menuturkan penjelasan bahwa agama Islam akan selalu menang secara argumentatif. Beliau menukil Tafsir Al Munir karangan Syekh Nawawi Al Bantani hal 278 yang mengatakan bahwa agama Islam akan menang secara argumentatif.
"Bahwa terdapat ilmu perbandingan agama dan adanya kajian antar agama lain, asalkan yang dikaji adalah agama Islamnya dan bukan person (orangnya) maka argumentasinya pasti akan meyakinkan. Sebabnya karena hujjah bahwa Allah itu satu dan banyak ajaran kebaikan yang dibawa agama ini. Seperti ajaran kita harus menjauhi narkoba dan meninggalkan perzinahan," ungkapnya dalam pertemuan dengan Wakil Presiden KH. Maruf Amin yang disiarkan pada kanal Youtube 'Rachart Channel' yang berjudul "Video Langka Pertemuan Khusus Gus Baha & Wapres Ma'ruf Amin. Haul Syekh Nawawi Al Bantani" 12 Nopember 2021
Gus Baha menambahkan, argumentasi tersebut mantap secara ilmiah dan mantap secara ilmu sosial. Meskipun secara kekuatan politik akan selalu ada keadaan yang tidak mewakili tesis bahwa Islam akan selalu menang. Seperti adanya penganut Islam minoritas yang dalam tanda kutip tertindas di negaranya.
Di masa itu, Gus Baha melanjutkan, Syekh Nawawi mengatakan bahwa Islam akan menang bil hujjah atau secara argumentatif. Namun secara ketentuan dalam hukum sosial kaitannya kekuatan dalam struktur bernegara, politik dan ekonomi terkadang Islam memang kalah. Seperti halnya terjadi dalam sejarah bahwa secara lahir Rasulullah Saw pernah kalah di perang Uhud. Namun kekalahan itu hanyalah secara fisik Namun tidak secara argumentasi. Sebab logika bergama Islam adalah logika tertinggi.
"Diantara contoh logika tertinggi itu adalah ketika saya memegang kertas dan besi. Pasti orang akan mengatakan bahwa besi itu kuat dan lebih kuat daripada kertas. Tapi sesungguhnya anda salah. Secara materi besi memang lebih kuat. Tetapi permasalahanya yang mengendalikan adalah saya. Bisa saja saya ingin menghancurkan besi dan ingin mempertahankan kertas," papar anggota Dewan Tafsir Nasional ini
Sementara Islam mengajarkan kita bahwa segala sesuatu ada dalam genggaman kekuasaan Allah. Apa artinya menjadi besi yang kuat tetapi dalam rencana Allah akan dihancurkan. Sementara kertas yang materinya lemah bisa dipertahankan atau diabadikan Allah. Inilah, kata beliau pentingnya pemahaman agama Islam
"Ketika dalam Islam dikatakan segala urusan ada dalam genggaman kekuasaan Allah, pernyataan itu tidaklah bisa ditawar. Seperti antara besi dan kertas yang dikatakan kuat adalah besi. Padahal anda keliru, bahwa saya berencana menghancurkan besi dan mempertahankan kertas. Kesimpulannya Islam mengajarkan sebagaimana dikatakan Kyai Ma'ruf Amin, yaitu Laa Haula wa Laa quwwata Illa Billah. Bahwa tiada daya dan upaya kecuali atas pertolongan Allah. Walaupun dalam pandangan ilmu kita, secara materi lebih kuat besi dan secara materi kertas lebih rentan," tukas Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini.
"Sehingga pada hakikatnya kuat dan lemah terserah pada siapa yang mengendalikan yaitu Allah. Bahwa segala sesuatu terserah kepada kehendak Allah,"papar Gus Baha.
Teori Laa Haula wala quwwata Illa Billah tutur Gus Baha, itu tidak perlu dibenturkan dengan teori usaha atau ikhtiar. Seperti bahwa kita wajib berusaha, juga pada saat kita sakit. Dalam Kitab Dawa diterangkan bahwa Nabi Musa itu pernah mengalami sakit. Namun karena beliau merasa dekat dengan Allah, beliau lalu tidak berobat
"Sekalipun sudah diberi nasehat oleh para dokter di masa itu tapi Nabi Musa enggan berobat. Kemudian Allah berkata kepada Nabi Musa agar Nabi Musa mau berobat. Lalu Nabi Musa berkata, bukankah segala sesuatu keadaan terserah kepada Engkau ya Allah. Lalu Allah pun menjawab apakah Engkau hendak berkata bahwa Aku membuat segala sesuatu tidak ada guna khasiatnya," Gus Baha berkisah
Seperti, kata Gus Baha, apakah Jahe dibuat tanpa fungsi untuk menghangatkan badan. Lalu Allah membuat sesuatu dengan fungsi tertentu apa hikmahnya jika dianggap tidak ada guna fungsinya.
"Semenjak itu Nabi Musa percaya dan mau berikhtiar dengan obat. Tetapi ikhtiar dengan obat saja tidak cukup. Sebab tetap segala sesuatu urusan ada dalam genggaman kekuasaan Allah", ujar Gus Baha.
Begitu juga, Tukas Gus Baha, di saat kita begitu takut akan penyakit Covid tetapi bisa saja diwafatkan dalam keadaan kecelakaan. Meskipun harus ada usaha menghilangkan penyakit tersebut. Tetapi tetap saja segala sesuatu urusan ada dalam genggaman kekuasaan Allah, bahwa Al amru biyadillah. Sehingga ada keserasian antara syariat dan hakikat.