Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan

Tengah Sorotan Cancel Culture: Apa yang Salah dengan Konser Beyonce Januari 2023?

4 November 2024   08:57 Diperbarui: 4 November 2024   08:57 43 1
Cancel culture merujuk pada praktik sosial yang muncul di media digital, di mana individu atau entitas dihukum secara publik melalui boikot atau penarikan dukungan karena dianggap telah melakukan tindakan atau pernyataan yang ofensif. Fenomena ini banyak berkembang sejak akhir 2010-an dan dipercepat oleh pergerakan sosial seperti #MeToo dan Black Lives Matter. Melalui kekuatan media sosial, cancel culture memungkinkan publik untuk menyebarkan kritik secara luas dan cepat, yang sering kali menyebabkan dampak besar pada karier atau reputasi seseorang.

Salah satu elemen yang menonjol dalam cancel culture adalah dampak psikologis yang signifikan bagi orang yang "dibatalkan". Ketika seseorang atau sebuah perusahaan dibatalkan, mereka dapat menghadapi isolasi sosial, kehilangan peluang kerja, hingga masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi. Di sisi lain, pelaku canceling juga dapat merasakan tekanan emosional jika upaya mereka dianggap tidak efektif atau jika target mereka terus menolak untuk mengakui kesalahan.

Kasus yang cukup menonjol adalah konser Beyoncé di Dubai pada Januari 2023. Penampilannya di acara pembukaan hotel mewah Atlantis the Royal menimbulkan kritik keras, terutama dari komunitas LGBTQIA+. Kritikan tersebut muncul karena hukum di Dubai yang keras terhadap homoseksualitas, yang dianggap bertentangan dengan tema album Renaissance milik Beyoncé, yang sangat menghargai dan merayakan budaya queer. Banyak penggemar merasa kecewa karena Beyoncé memilih untuk tampil di negara yang tidak mengakui hak-hak LGBTQ+, yang memicu seruan untuk “membatalkan” Beyoncé karena dinilai mengorbankan nilai-nilai progresifnya demi keuntungan finansial.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun