Pria berkumis tebal itu masih mondar-mandir di depanku sejak setengah jam lalu. Stasiun ini masih belum terlalu ramai, terlihat pedagan-pedagang asongan yang sibuk menyiapkan dagangannya, petugas-petugas kereta yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Sudah hampir dua jam aku disini, duduk sendiri di bangku kayu yang suaranya berdecit. “Pria dengan topi cowboy” masih aku ingat kalimat perintah Hanief, bosku. Aku membawa barang yang dibungkus kardus sepatu berwarna coklat yang tidak aku ketahui apa isinya. Hanief bilang ini tugas penting, dia bilang bahwa aku kurir terbaiknya. Dia juga memberikanku satu tiket keberangkatan kereta api.
KEMBALI KE ARTIKEL