di umur buk Iis yang kini sudah menginjak angka 44, beliau masih menjalani kehidupan seperti sebelumnya. menjalani kewajiban sebagai seorang ibu rumah tangga, dan menjalani karirnya yang membidangi kesehatan. mungkin itu semua bukanlah hal yang mudah. beliau mesti pandai membagi-bagi waktunya agar tak roboh di tengah aktivitasnya yang padat. belum lagi nantinya beliau mesti menghadapi ulah putrinya yang sering kali meningkatkan tekanan darah.
mungkin bagi masyarakat sekitar, buk Iis termasuk orang tua yang beruntung . karena beliau bisa memiliki tiga orang putri yang baik. tapi apa mereka tau apa yang terjadi dalam sana? Tidak ! anak buk Iis tidaklah sebaik yang mereka kira. apalagi anaknya yang kedua, Afi. seorang anak yang keras kepala, tak mau diatur, tak tau diri, dan selalu membuat keonaran. Afi selalu membuat buk iis dan suaminya kecewa. bahkan kini, buk iis sudah pasrah dengan keadaan. beliau tak tau lagi mesti bagaimana dengan anaknya yang satu ini.
berbeda dengan anak sulungnya yang selalu berhasil membuat buk iis bahagia. ia selalu mendapatkan nilai bagus dan tak pernah membuat keonaran. ya, begitulah Nia. dia juga membidangi bidangnya, yaitu matematika. sedangkan anak bungsunya, masihlah seorang bocah ingusan yang belum kenal hidup.
memiliki putri yang beraneka ragam membuat hidup buk iis semakin berwarna. hitam, putih, pelangi. meskipun buk iis sering mengeluh pada anaknya, namun sebenarnya bagi buk iis itu hanyalah selingan dari cerita hidupnya. putri-putri beliaupun sudah paham dan mengerti dengan keluh kesah, amarah dan segala tingkah laku buk iis. bagi mereka, buk iis tetaplah seorang malaikat yang diutus untuk merawat dan mengasihi mereka.
" hidup ini memang penuh liku. hanya saja, bagaimana kita melewatinya. jika kita bisa menjadi pengemudi yang baik, pastilah nanti kita bisa menjalani liku itu dengan baik pula. dan begitupun sebaliknya " bisik buk ani pada batinnya