Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Sawah Makin Sempit, Kita Makan Apa?

8 Januari 2014   12:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:01 389 3
Krisis pangan diprediksikan akan mengancam dunia. Hal ini disebabkan dengan jumlah pertambahan penduduk dunia yang cukup sulit dikontrol terutama di negara berkembang dan negara terbelakang. Dimana dengan semakin banyaknya jumlah manusia tentu membutuhkan lahan untuk tempat tinggal maupun ketersediaan makanan . Menurut Theori Maltus Bumi hanya mampu menyediakan tempat maksimal bagi manusia sebanyak 7milyar, artinya bila melebihi jumlah tersebut jumlah maksimal produksi pangan yang dihasilkan oleh bumi tidak akan mampu mencukupi kebutuhan pangan manusia sehingga akan menimbulkan kegoncangan yang disebabkan oleh perebutan sumberdaya guna memenuhi kebutuhan pokoknya

Badan Pusat Statistik mencatat saat ini luas lahan sawah di Indonesia tinggal 7,8 juta ha, penyusutan ini disebabkan oleh konversi/alih fungsi untuk sektor non pertanian guna memenuhi tuntutan pembangunan terutama sektor perumahan dan industri. Dari jumlah tersebut sekitar 3,1 juta ha atau 42 persen  diantaranya terancam akan dialihfungsikan lagi.

BPS mencatat bahwa sepanjang tahun 2008 hingga 2010, laju konversi lahan sawah di Pulau Jawa sebesar 600 ribu hektar, atau terjadi konversi lahan sawah rata-rata mencapai 200 ribu hektar/tahun. Konversi lahan tersebut hanya mampu diimbangi oleh pemerintah dengan mencetak sawah baru 40 ribu hektar sawah setiap tahunnya. Artinya, setiap tahun ada  lahan sawah seluas 160 ribu hektar yang lenyap. Tanpa upaya serius dari pemerintah, dapat dipastikan, kurang dari 20 tahun ke depan tak akan ada lagi lahan sawah di negeri ini. Karena  luas lahan sawah saat ini tinggal 7,5 juta hektar (ditambah 9,7 juta hektar lahan kering).

Sebagian besar lahan sawah yang terkonversi itu pada mulanya beririgasi teknis/semiteknis dengan produktivitas yang tinggi. Konversi lahan sawah juga mengakibatkan penurunan kualitas irigasi pada lahan sawah sekitarnya. Sehingga mengancam ketahanan pangan nasional yang merupakan komponen kestabilan Nasional. Oleh sebab itu kebijaksanaan khusus sangat diperlukan dalam menangani masalah ini

Variabel penentu jumlah produksi padi adalah luas panen dan tingkat produktivitas. Peningkatan luas panen berasal dari pertambahan areal baru dan intensitas tanam, sedangkan pertumbuhan produktivitas ditentukan oleh aplikasi teknologi budi daya yang mampu meningkatkan jumlah produksi dengan luas lahan tetap. Celakanya dalam dasawarsa terakhir ini terjadi stagnasi dalam upaya peningkatan produktivitas. sehingga peningkatan produksi pangan harus bertumpu pada pertambahan luas areal tanam.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun