Prit..prit..prit prililililiiiiit....
Burung kedasih atau burung pritgantil biasanya bertengger diatas pohon-pohon yang tinggi dengan suara khas yang melengking mendayu-dayu. Sebagian mempercayai bahwa kicauan burung kedasih adalah pertanda datangnya kematian bagi warga sekitar, Walaupun semua sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa tentunya..
Para penggemar burung pun juga risau bila burung kesayangannya menirukan ocehan kedasih, selain merasa tidak enak dengan tetangga juga menyebabkan harga burung anjlok dipasaran karena menirukan suara kedasih yang identik dengan malapetaka
Terlepas dari itu semua, dalam kehidupan nyata burung kedasih memang mempunyai perilaku kejam dan tidak pantas untuk ditiru. Kenapa begitu?? mari kita membicarakannya (yah daripada berghibah membicarakan kejelekan kawan, lebih baik ngrasani burung kedasih saja)
Nah, Begitu menemukan pasangan hidupnya, kedasih akan melakukan ritual kawin dan selanjutnya induk jantan dan betina tidak pernah mau membuat sarang untuk bertelur atau mengerami telur-telurnya alias ”angge-angge orong-orong, gelem gawe gak gelem momong” (mau bikin ga mau memelihara).Induk betina akan menitipkan telur di dalam sarang milik burung-burung lain yang berukuran kecil seperti burung prenjak,pleci dll. Pengeraman pun dilakukan oleh induk betina yang dititipi telur kedasih tersebut. Sebenarnya, kalau sekadar menitipkan telur mungkin burung pleci dan sejenisnya oke-oke saja, tetapi kedasih benar-benar kejam tak tahu balas budi. Begitu menitipkan telur, kedasih justru membuang telur yang dihasilkan burung yang dititipi. Rupanya kelicikan dan tipu-tipu bukan monopoli manusia saja.
Burung pleci yang memiliki sarang merasa seolah-olah mengerami telurnya sendiri, padahal itu telur kedasih. Lalu telurpun menetas menjadi piyik kedasih. Seandainya manusia mungkin langsung pingsan, ketika melihat anak yang baru menetas ternyata tidak mirip dengan dirinya tapi mirip tetangga hehe..untunglah Cuma seekor burung.
Jumlah telur yang dihasilkan kedasih betina dalam setiap periode peneluran hanya 1-2 butir saja. Begitu menitipkan telur, kedasih akan mencari pasangan baru lagi lalu bertelur lagi, menitipkan telur lagi ke sarang milik burung lain, dan seterusnya, sungguh setia alias selingkuh tiada akhir..
Karena itulah kedasih kerap dijuluki sebagai burung tak tahu balas budi. Ada kalanya kedasih tidak membuang telur-telur dari burung pemilik sarang. Tetapi hanya menyelipkan telurnya di antara telur-telur yang sudah ada. Meski demikian, anaknya tetap meneruskan kebrengsekan induknya juga. Jika ia menetas lebih dulu dari telur-telur milik induk tirinya, maka piyik kedasih dengan teganya membuang telur yang belum menetas hingga jatuh ke tanah. Ada pula yang mematuki telur-telur yang belum menetas sampai pecah.
Dan dalam waktu singkat, postur tubuh anak kedasih akan melebihi induk tirinya karena tidak ada persaingan dalam suplai makan.