Melihat pada situasi sekarang, pemberitaan yang sedang hangat dan baru saja terjadi ini seperti kasus penembakan siswa SMK di Semarang yang dimana menewaskan An. Gamma, siswa berprestasi di sekolahnya. Kejadian ini merupakan sebuah pelanggaran HAM yang dilakukan oleh oknum kepolisian yaitu Aipda Robig Zainudin. Hal ini menambah rentetan-rentetan kasus kepolisian yang dapat berdampak timbulnya citra negatif terhadap POLRI.
Sebelumnya ada juga kasus, polisi menembak polisi di Solok Selatan. Peristiwa yang menewaskan AKP Ryanto Ulil Anshar, seorang Kasat Reskrim Polres Solok Selatan ini akibat dari tembakan yang dilakukan oleh AKP Dadang Iskandar, seorang Kabag Ops Polres Solok Selatan. Penembakan yang dilakukan ini diduga adanya keberpihakan pelaku terhadap para pelaku penggalian C ilegal  untuk melindungi dan meminta agar para pelaku penggalian C ilegal dibebaskan.
Dan tidak hanya itu, ada tambahan kasus baru lagi yang dimana juga melibatkan anggota kepolisian yang bernama Nikson Pangaribuan yang membunuh Ibu nya dengan menggunakan tabung gas 3 kg. Pembunuhan ini terjadi karena pelaku tersulut emosi akibat sebelumnya terjadi percekcokan antara pelaku dengan ibunya sebagai korban.
Atas semua kasus di atas banyak orang yang mengkritik terkait kepolisian dan bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada Polri, kenapa bisa kepolisian memiliki anggota-anggota yang tidak mencerminkan sosok polisi yang dikenal sebagai sosok yang mengayomi.
Dari semua kasus tersebut atau kasus-kasus lain sebelum dari kasus yang baru-baru ini terjadi, seharusnya sudah menjadi tamparan-tamparan keras yang dijadikan catatan untuk Kepolisian Republik Indonesia untuk segeralah berbenah secepat mungkin dan sebaik mungkin jika ingin citra mereka kembali baik lagi di masyarakat dan ini juga untuk kebaikan kinerja ke depan mengingat polri sebagai pengayom masyarakat berdasarkan aturan UU No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.