Tahun 1934, aroma asin dari laut Flores menyambut Soekarno saat kapal uap yang ditumpanginya merapat di pelabuhan kecil kota Ende. Sorotan mata Soekarno tajam namun penuh rasa ingin tahu, menyapu pemandangan sekitar. Ia adalah pemuda penuh enerji revolusioner yang dipaksa oleh Belanda untuk mengasingkan diri di sudut terpencil nusantara ini.
KEMBALI KE ARTIKEL