Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Senam Kata Adalah Mencari Inspirasi di Kegaduhan

19 Januari 2011   00:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:25 229 2
Begitu Madam Sonia masuk ke kelas Perias Kata, seluruh murid kelas itu langsung berteriak histeris. Maklum, acara pada saat ini adalah senam kata. Sebuah acara yang tidak memakan waktu yang lama, dan cukup untuk menghibur para murid kelas Perias Kata.

Acara ini bukanlah materi serius atau diskusi yang monoton. Acara senam kata adalah acara yang sangat unik. Semua anggota kelas akan berdiri secara berjajar, dan secara bergiliran harus mencari sebuah bait atau frasa yang sesuai dengan yang diberikan oleh Madam Sonia.

Uniknya lagi, acara ini diiringi dengan sorak sorai dan gangguan-gangguan dari murid-murid yang lain, sehingga setiap murid harus belajar berkonsentrasi di tengah suasana riuh dan bising. Bukannya pencarian inspirasi yang diiringi dengan suasana sepi yang penuh konsentrasi.

"Oke.. oke.. kalian semua sudah siaap..?" tanya Madam Sonia.

"Siaaaap.. Madaaamm.." jawab Didi cs serempak.

"Madam ingatkan sekali lagi. Acara ini adalah acara santai yang harus menghibur, tapi juga serius. Manfaat pertama, kalian dilatih untuk cepat berpikir dan mencari inspirasi. Manfaat kedua, kalian dilatih untuk berkonsentrasi di tengah suasana bising." jelas Madam Sonia mengingatkan pentingnya acara senam kata.

"Ayo cepat, siapkan barisan.. berdiri berderet.. ayooo..!" teriak Madam Sonia. Semuanya lantas berdiri berderet dengan rapi.

**

"Gue kok di belakang Dian, sih? Kan.. dia telat mikir banget tuh!" teriak Diko.

"Lo jangan sombong dulu ngapa sih. Siapa tahu arah nunjuknya Madam Sonia kebalik. Jadi.. duluan lo yang harus mikir. Kalo Dian telat mikir, itu bukan urusan lo. Siapa tahu, malah lo yang sulit nyari kata-kata, dan bakalan kena sangsi dikeluarkan dari deretan.." kata Didi.

"Berisik amat, sih. Gue berdiri dimana aja.. kagak bakalan kehabisan kata-kata.. " kata Dimas.

"Ya tuh. Paling-paling Diko kepengin dekat sama kita.. soalnya biar bisa nyuri ide kata dari kita. Kan dia paling sulit nyari inspirasi kecuali di toilet cewek. Ha ha ha.." sambut Didi.

Diko sewot. Dia kebagian berdiri jauh dari dua koleganya, Didi dan Dimas.

**

"Seperti biasa.. teriakan kalian adalah 'AYO AYO AYO'. Begitu temen kalian sudah menemukan kata-kata atau bait yang pas, kalian harus berteriak 'HOREEE'. Paham semua??" teriak Madam Sonia.

"Pahaaam.. Madamm." jawab murid kelas Perias Kata keras-keras.

Tak lama kemudian, teriakan membahana mulai terdengar setelah Madam Sonia memberikan bait pertamanya. Madam Sonia memulai dengan bait yang terdiri dari dua baris.

"Perhatikan dulu.. Saya akan mulai dengan bait ini. Bait ini bukanlah sebuah pantun kilat seperti yang sering diucapkan orang. Saya hanya ingin membuat sebuah bait yang sangaaat khusus. Perhatikan..

Kalau ada jarum patah

Siapa yang matahin..

Ayo Mulai!!"

Teriakan 'AYO!AYO!' langsung terdengar keras.

"AYO! AYO! AYO!"

Dinar yang berdiri paling ujung langsung menyahut. Sepertinya, ia sedang menemukan bait yang tepat. Dasar! otak Dinar encer juga rupanya.

"Kalau ada balon kempes,

Siapa yang ngempesin!"

"Horeeeeee..."

Giliran selanjutnya jatuh kepada Dila yang berdiri di belakang Dinar.

"AYO! AYO! AYO!"

Dila memegang-megang kepalanya. Kayaknya ia sedang berpikir keras.

"Kalau ada.. mm.. Kalau ada.. air panas

Siapa yang manasin..

"Horeeeee!"

Giliran selanjutnya jatuh kepada Diko. Diko mengusap-usap rambutnya.

"Ayo! Ayo! Ayo! Ayo!"

"Aduuuuhhh.. diam lo semua! Gue susah nich.. nyari ide!" teriaknya ketus.

Tapi teriakan Diko seperti macan ompong saja. Teriakan teman-temannya malah semakin keras.

"Ayo! Diko! Ayo! Diko!"

"Huuhh.. apa nich.. tolongin gue donk.." teriak Diko lagi. Madam Sonia tersenyum-senyum saja melihat Diko kesulitan menemukan bait yang pas.

"Ayo! Toilet! Cewek! Ayo! Toilet! Cewek!" suara-suara yang datang malah semakin mengganggu. Mungkin teman-temannya sedang mengejek Diko, yang memang sulit mencari ide, kecuali di toilet cewek.

Akhirnya..

"Oke! Gue nemukan ide! Huhuyy.." teriak Diko lantang.

Sejenak, teriakan mulai berhenti. Diko mengeluarkan kata-katanya dengan sangat pede.

"Kalau ada sumur di ladangin

Boleh kita numpang mandiin..

Mendengar kata-kata Diko, anak-anak kelas Perias kata serentak diam. Madam Sonia mengetahui situasi itu.

"Oke. Saya tahu maksud kalian. Bait Diko.. tidak identik. Bait Diko.. nggak matching. Sangsinya.. Diko dikeluarkan dari barisan. Sini Diko, di dekat Madam Sonia.." kata Madam Sonia. "Ayo, lanjutkan kembali!"

Diko sepertinya legawa keluar dari barisan. Ia nyerah. Ia sulit berkonsentrasi di tengah kegaduhan.

**

"Ayo! Ayo! Ayo! Ayo!" teriakan mulai terdengar lagi. Kali ini, jatah untuk Dian.

Dian termangu-mangu dan bingung. Tapi, sepertinya ia tidak ingin menyerah.

"Ayo! Dian! Ayo! Dian!" teriakan semakin membahana.

Didi dan Dimas malah mengejek Dian lebih keji.

"Gue taruhan! Lo kagak bakalan nemu bait yang matching!" teriak Dimas.

"Gue juga. Lo pasti sulit nemuin kata-kata!" teriak Didi di depan Dian.

Suasana masih riuh.

"Ayo! Ayo! Ayo!"

Melihat dirinya diejek oleh Dimas dan Didi begitu rupa, Dian malah berani membentak mereka.

"Apapun yang lo pikir..

Emangnya.. gue pikirin!"

Serentak, teriakan langsung berubah.

"Horeeee..!"

Dian melongo. Bentakannya kepada Didi dan Dimas malah menjadi bait yang matching. Madam Sonia tersenyum lebar melihat kekonyolan yang menimpa Dian. Sedangkan Dian.. masih nggak percaya kalau temen-temennya meneriakkan Hore tanda bahwa baitnya lumayan matching, padahal ia jelas-jelas.. tidak sengaja. Ia tadi, membentak Dimas dan Didi yang mengejeknya, kok. Hi hi hi, Dian tersenyum kaget.

**

Dimas sangat yakin ketika harus mengeluarkan baitnya.

"Ayo! Dimas! Ayo! Dimas!" teriak Dinar dan kawan-kawannya. Dimas bersiap untuk berteriak.

"Kalau ada salju..

Pasti dingiiiiinn..

Madam Sonia melengos.

"Gimana sih Dimas. Kamu nggak merhatiin contohnya ya.. Bait kamu barusan itu jelas tidak identik dengan contohnya!" teriak Madam Sonia.

Mata Dimas mendelik. Mungkin ia lupa dengan bait Madam Sonia. Tapi Dimas tidak putus asa. Dimas berkata lagi dengan yakin.

"Kalau ada yang berdoa..

Gue pasti bilang amiiin..

Madam Sonia melengos lagi. "Itu juga nggak matching!"

Tiba-tiba tingkah Dimas seperti orang yang sedang mencari sesuatu. Hidungnya mekar-mekar. Kayaknya ia sedang mencium bau aneh. Siapa yang kentut dengan bau kayak comberan ini? Pikirnya. Lantas.. ia pun berteriak..

"Kalau ada bau kentut..

Siapa yang ngentutin..

Serentak, semua murid berteriak,"Horeeee!"

Madam Sonia manggut-manggut. Tetapi, Dimas malah menuduh anak-anak di sekitarnya telah buang kentut sembarangan.

"Lo kentut, ya tadi."

"Kagak!"

"Nah, pasti lo tadi kentut!"

"Gue kagak!"

Tak jelas memang, siapa yang kentut.

**

Suasana riuh masih berlangsung. Sekarang giliran Didi yang memang jago mencari kata-kata.

"Ayo! Ayo! Ayo!"

Didi sepertinya memang banyak ide. Dengan pede ia berteriak.

"Kalau ada bau kecut..

Siapa yang ngetekin..

Mendengar teriakan Didi, semuanya langsung diam. Madam Sonia kembali menjadi pengadil.

"Nggak matching itu. Ayo Didi.. kamu kan jagoan. Jangan nyerah dulu, yaa.. Tapi.. jangan yang jorok-jorok, ah.." kata Madam Sonia.

Didi kembali berteriak.

"Kalau gue ingin kawin..

Siapa yang njodohin..

Madam Sonia langsung berteriak. "Nggak matching juga! Ayo yang lain! Eit, sebentar.. Masih bau kencur gitu mau kawin.. jangan yang kayak gitu.."

"Ayo! Ayo!" teriakan mulai muncul lagi.

Dahi Didi kembali berkerut.

"Kalau Madam masuk angin..

Siapa yang ngerokin ..

"Haa! Apaa??" teriak Madam Sonia lantang.

**

"Madam kasih kesempatan dua kali lagi. Kalau dalam dua kali itu bait kamu belum matching juga.. , Madam akan keluarkan dari deretan." bentak Madam Sonia kepada Didi.

Didi kembali berpikir.

"Kalau ada manusia kayak monyet..

Siapa yang monyetin.."

"Gak matching! Gak lazim! Kamu yang kayak monyet!" teriak Madam Sonia disambut ketawa temen-temen Didi.

"Kalau ada waktu habis

Siapa yang ngabisin.."

"Naaah.. Yaa.. itu baru matching.." teriak Madam Sonia mendengar dua kalimat terakhir Didi. Tetapi.. beberapa detik kemudian, bel istirahat berbunyi nyaring. Teng.. Teng.. Teng..

Didi menggumam sendiri. "Bait gue terakhir itu.. tidak hanya matching saja, tapi juga sesuai dengan situasi yang sebenarnya.. Waktu untuk senam kata.. memang telah HABIS. Yess!!"

**

Tapi, semua murid kelas Perias Kata masih mau bermain.

"Sekali lagi, Madaaamm!" teriak mereka semua seakan waktu segitu tidak cukup. Mereka masih menginginkan acara senam kata ini. Mau tak mau, Madam Sonia harus menuruti keinginan murid-muridnya.

"Oke kalau begitu, kalian main sendiri, yaa. Madam harus istirahat dulu. Perhatikan bait ini..



Lidahku kelu

Karena kumelihat

Bukuku dimakan kutu

Ayo.. cari inspirasi.. mulai sekarang!" kata Madam Sonia seraya duduk karena capek.

Teriakan 'AYO' kembali terdengar. Dan laksana mesin yang sudah panas, kali ini murid-murid kelas Perias Kata sudah semakin yakin dengan baitnya.

"Dengerin gue..

Mataku sayu

Karena kumelihat

Rotiku dimakan sapu

" teriak Dila.

"Horeee!" serentak teman-temannya berteriak. Sebenarnya bait Dila sangat tidak realistis, tapi kan, yang dicari cuman yang identik.

Dimas menyambung,"

Hatiku pilu

Karena kumelihat

Pacarku dimakan ibu

"

Lebih-lebih bait Dimas itu. Nggak mungkin, nggak nyata, dan aneh. Tapi kan.. identik dengan contohnya. Tak masalah, kan?

Dian langsung menyambar,"

Pinggangku linu

Karena kumelihat

Dukuku dimakan batu

"

Diko cepat sekali menyahut,"

Gigiku ngilu

Karena kumelihat

Kueku dimakan tisu

".

Dan semua murid kelas itu semakin pandai untuk mencari kata-kata dan kalimat yang membentuk suatu bait tertentu, yang identik dengan suatu bait lainnya, meskipun ini benar-benar bukan pantun atau sejenis tulisan dari sastra lama. Dan meski terkadang memang terlihat aneh dan tanpa estetika sedikitpun. Satu keuntungan lainnya, anak-anak The Kribo Writing Insitute telah terlatih untuk mencari inspirasi ditengah kegaduhan.

Ide senam kata memang ide dari Madam Sonia yang semakin hari semakin mendapatkan tempat di hati para muridnya. Madam Sonia memang memiliki kreativitas untuk menciptakan acara seperti ini. Madam Sonia memang aduhai. Cantik, cerdas, ramah, pengertian, dan tentu saja.. keibuan. Itu menurut salah seorang murid kelas Perias Kata yang ternyata.. memendam keinginan tertentu kepada Madam Sonia. Siapakah dia?[ ]

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun