Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Andai Aku Presiden RI Episode 28 –“Audisi Cinta”

26 Desember 2009   01:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:46 200 0
Inilah audisi cinta yang mengharu biru, mendayu syahdu dan mendengus ingus. Cinta dari pemimpin negeri ini mudah didapatkan rakyatnya. Tapi cinta sang pemimpin tak mudah didapatkan oleh para wanita.

Para wanita harus berjuang untuk mendapatkan simpati sang pemimpin. Mereka mengajukan lamaran. Mereka mengajukan diri persis di dalam cerita Andhe-Andhe Lumut.

**

"Mr. President. Turunlah, ada seorang putri yang mengajukan lamaran. Putri yang ayu dari negeri Ngayogyokarto Hadiningrat. Dia bernama Rahadjeng Diah Kusumadewi.." kata ajudanku berharap aku turun dari singgasana dan meluangkan waktu sejenak untuk menerima sang putri.

"Silakan masuk, Tuan Putri.." perintah ajudan mempersilakan Rahadjeng untuk masuk ke ruang pribadiku.

Dan sang putri berjalan dengan kaki menggesek lantai, bersimpuh, dan memberikan salam hormat kepadaku.

Aku memperhatikannya sekilas dan mempersilakannya berucap.

"Apakah gerangan yang engkau bawa hingga memberanikan diri melamarku.." tanyaku kepada Rahadjeng.

**

"Mr. President. Saya wanita yang suka apa adanya. Saya mempunyai keinginan untuk mengabdikan diri saya selama hidup untuk Mr. President. Saya akan diam jika disuruh diam. Saya akan bicara jika disuruh bicara. Saya akan siap 24 jam untuk Mr. President. Saya siap membuatkan sarapan pagi, teh hangat, kopi panas, dan segelas susu. Saya akan menjahit baju Mr. President yang sobek.. saya akan mencuci selimut Mr. President yang terkena bercak-bercak.. saya akan menyeterika.. saya akan membuat sayur dan membuatkan lauk kesukaan Mr. President. Semua akan saya lakukan, Mr. President. Izinkanlah saya mendampingi Mr. President.." kata Rahadjeng dengan nada suara selembut sutra.

Aku menyeringai.

"Apa yang baru saja kamu katakan itu kan.. aktifitas disiang hari.. bagaimana dengan aktifitas dimalam hari?" tanyaku antusias.

Rahadjeng bersiap menjawab.

"Mr. President. Saya akan menutup semua jendela jika senja telah menyapa agar angin malam tidak membuat Anda kedinginan. Saya akan menyalakan obat nyamuk agar Anda tidur nyenyak. Saya akan menghangatkan sayur dan saya akan melipat baju-baju. Kemudian, saya akan membersihkan diri, berdandan rapi, memakai minyak wangi, berhias memakai baju terbaik, dan saya bersiap untuk melayani Anda, Mr. President." jawab Rahadjeng.

"Jika pagi menjelang.. apa yang akan engkau lakukan, Rahadjeng..?" aku makin penasaran.

"Jika pagi menjelang, saya akan merebus air agar Mr. President bisa mandi dengan air hangat. Kemudian saya akan menanak nasi untuk sarapan, membuatkan kopi atau teh hangat, menyajikannya untuk Anda, Mr. President. Setelah itu, saya akan menyapu lantai, menyapu halaman depan, menyemir sepatu Anda, mempersiapkan baju kerja.. dan senyum tulus saya hanya untuk Mr. President.." jawab Rahadjeng dengan nada lembut dan manis.

Aku hanya manggut-manggut.

"Hmm.. kalau boleh nanya, bagaimana pendapatmu tentang anak, dan bagaimana pandanganmu mengenai pendidikannya?" tanyaku serius.

"Mr. President.. saya sangat ingin memiliki anak dari Mr. President. Saya mau berapapun Mr. President suka. 4, atau 6 anak juga tidak apa-apa. Saya akan tulus meramut mereka. Bayi-bayi kita pasti mungil dan menggemaskan. Akan saya bedong mereka, saya tunggui dan saya susui. Saya ganti popoknya jika basah, dan saya tidak suka memakaikan pampers. Saya lebih suka mengganti popoknya walaupun saya dalam kondisi terkantuk-kantuk. Sebab, itulah pengorbanan saya, Mr. President.." jawab Rahadjeng.

**

"Ya sudah. Aku akan berpikir dulu sebentar.. memikirkan keputusan apa yang terbaik untukmu, Rahadjeng.. " jawabku kemudian. Setelah itu, akupun naik ke singgasanaku lagi.

Tapi Rahadjeng ingin mengucapkan kata-kata perpisahannya.

"Lihatlah mata saya, Mr. President. Anda akan menemukan anak Anda yang belum lahir di bola mata saya.." kata Rahadjeng manis.

Busyet.. manis bangett..

**

Beberapa saat kemudian ajudanku memintaku turun kembali.

"Ada seorang putri yang datang tidak jauh dari sini. Namanya Putri Awan. Dia meminta Anda turun dan menemuinya, Mr. President." kata ajudanku.

"Aku akan segera turun.." jawabku kemudian.

**

"Kamu memberanikan diri melamarku. Apa yang bisa menarik hatiku, Putri Awan?" tanyaku penasaran.

Putri Awan adalah wanita impian. Ia layak melamarku. Ia adalah wanita terhormat yang mempunyai kedudukan dan status sosial yang mengapung di langit. Ia adalah anak ketua umum partai besar di negeri ini. Sayang sekali, partainya beroposisi dengan partaiku.

"Jika saya mendapatkan tempat istimewa di hati Mr. President, dan jika saya diberi kesempatan, dan jika Mr. President menikahi saya, itu berarti sebuah perkawinan politik yang sangat berpengaruh bagi demokrasi dan kekuasaan di negeri ini. Saya adalah sayap politik Anda di manapun berada. Sementara Anda akan mampu terbang kemana saja, memiliki keleluasaan membuat kebijakan, dan parlemen akan menjadi paduan suara yang membanggakan. Anda bisa berdiri di istana, tapi andalah dirijen paduan suara itu. Anda mempunyai hampir 70 persen suara di gedung parlemen." kata Putri Awan dengan nada meliuk-liuk.

"Kita bisa mengembangkan bisnis di setiap lini. Kita bisa masuk dan bermain di BUMN. Kita bisa main di perbankan. Dan kita juga bisa main di birokrasi.. tawaran yang bagus, kan?" lanjut Putri Awan.

"Terakhir, saya mempunyai kerajaan bisnis. Kita bisa mengembangkannya kapanpun kita mau. Kita akan menjadi kampiun dan menjadi raksasa." Putri Awan mengakhiri kata-kata lamarannya.

**

"Hmm.. menggiurkan juga.. " gumamku kemudian. "Tapi.. yang ingin kutahu adalah.. bagaimana kebersamaan kita..?"

**

"Mr. President. Kita bisa meningkatkan kualitas kebersamaan. Disaat-saat tertentu, kita bisa bertemu." jawab Putri Awan.

"Disaat tertentu? Maksudnya?" tanyaku ingin tahu.

"Mr. President. Saya harus sering turun ke daerah membina partai saya. Selain itu saya harus sering mengontrol bisnis saya yang tersebar di berbagai propinsi. Saya bukan tipe wanita yang bisa berdiam diri tenang di rumah, Mr. President. Saya sibuk.. tapi, sekali lagi.. ada waktu-waktu tertentu kita bisa bersama.." jawab Putri Awan.

Aku sempat tercenung juga. Memang begitulah tipe wanita sibuk. Selalu berlari kesana kemari. Sulit dikejar dan ditangkap. Masalahnya.. bagaimanakah jika tiba-tiba aku sangat membutuhkannya??? (Pertanyaan terakhir ini.. khusus dewasa.. Yang belum dewasa.. tentu belum tahu maksudnya..)

**

Ajudanku kembali membawa seorang wanita. Wanita ketiga yang membawa ikrar lamaran untuk mendampingiku. Wanita itu bernama Natalia. Ia tersenyum-senyum padaku. Aku berusaha objektif. Tapi dia tetap tersenyum terus tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

"Bicaralah.. dan apa yang sedang kamu bawa.." terpaksa aku menyuruhnya bicara.

Dan dia mulai bicara. Dengan nada bicara yang mantap. Pede bukan main.

"Saya tak akan pernah banyak bicara untuk meyakinkan diri Anda, Mr. President. Saya tahu siapa Anda.. dan Anda pun tahu siapa saya. Hampir 90 persen.. luar dan dalam.. " katanya pelan tapi tegas.

Hmm.. Ya Tuhaan.. berikan kebijakanmu. Aku harus objektif menilai dia.

"Setiap manusia bisa berubah, Natalia. Kamu pun bisa berubah. Dan aku pun juga bisa. Apa yang ingin kamu katakan.." gertakku.

"Saya tahu itu. Anda sebenarnya juga suka berubah-ubah. Dan terkadang memaksakannya. Memaksa untuk berubah. Tapi saya yakin, ada sesuatu yang tak mungkin bisa Anda ubah dan Anda permainkan semaunya. Anda mempunyai hati nurani yang sedang bicara. Dan Anda tahu apa yang sedang dikatakannya.." jawab Natalia makin pede.

"Kamu sok tahu!!" aku mulai tidak sabar.

Natalia tersenyum.

"Saya tidak sok tahu. Saya sedang tahu, Mr. President. Gertaklah saya. Bentaklah saya. Bahkan.. usir saya jika Mr. President sedang tidak suka kepada saya. Tapi saya yakin.."

"Yakin apa??"

"Yakin bahwa Anda akan memanggil saya lagi.."

**

Hhhhh... Bagaimana ini?? Gerutuku dalam hati. Aku harus mengubah wajahku agar tetap dalam kondisi tenang dan bijak.

"Apa rencanamu jika lamaranmu kuterima..? Tentang kebersamaan.. tentang keluarga.. tentang anak.. ?" tanyaku.

**

Natalia kembali tersenyum.

"Anda keliru jika menanyakan itu kepada saya. Saya tahu pertanyaan itu bisa Anda jawab sendiri. Anda sebenarnya mempunyai konsep yang matang, cara dan strategi yang jitu, dan kebijaksanaan. Bagi saya, saya hanya akan mengimbangi konsep yang sedang Anda jalankan. Saya akan menjadi timbangan. Saya akan mengkritik yang menurut saya tidak baik, dan saya akan mendukung bagi konsep yang rasional dan baik. Saya akan berdiri sama tegak dengan Anda pada suatu saat, dan saya juga bisa bersimpuh di depan Anda di saat yang lain. Bahkan, pada saat-saat tertentu.. saya bisa berdiri di belakang Anda.. bahkan di depan Anda. Kebersamaan di dalam rumah tangga membutuhkan kerja sama, dan perjalanan hidup berumah tangga harus selalu dibina.." jawab Natalia.

Waduuh.. pusing tujuh keliling.. Apapun yang diucapkannya.. seperti menyihir hatiku. Ia cerdas dan intelek. Dan dia cantik. Tapi.. ia akan menamparku jika aku berani-berani macam-macam kepadanya.

Ia bukanlah wanita liberal, dan ia bukanlah wanita yang konservatif. Ia mempunyai kelas tersendiri. Entah apa namanya..

Ia meminta izin untuk mengucapkan kata-kata terakhirnya sebelum meninggalkan audisi ini.

"Saya yakin.. laki-laki memang ditakdirkan untuk bisa melangkah lebih lebar dan berlari lebih jauh. Tapi saya juga yakin.. bahwa hanya akan ada satu wanita saja yang sanggup mengisi hatinya.." kalimat Natalia terakhir itu.. sungguh-sungguh indah.. bagi wanita semacam dirinya.

**

Aku memanggil para penghuni istana, para staf ahli dan beberapa menteri. Termasuk Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Menteri Agama. Juga unsur dari Majelis Pertimbangan Partai. Mereka harus memberikan pertimbangan-pertimbangan kepadaku.

"Saya takut untuk memberikan rekomendasi, Mr. President. Sebab.. tentu untuk urusan seperti ini.. Anda sendiri lebih tahu.." kata Menteri Pemberdayaan Perempuan. Ia tidak mau memilih. Sebab dia sendiri seorang perempuan. Mungkin juga ia sedang memberikan solidaritas kepada perempuan.. makhluk sebangsa dan sejenisnya.

"Mm.. menurut saya.. Mr. President beristikharah saja.. siapa tahu nanti dapat petunjuk dari Yang Menguasai Jagad Raya ini.." kata Menteri Agama.

Usul yang bagus.. pikirku kemudian.

"Menurut kami.. lebih baik Mr. President memilih Putri Awan saja.." kata perwakilan dari Majelis Pertimbangan Partai. Masuk akal.. dari sudut pandang mereka untuk.. saat ini.

"Di lot saja, Mr. President. Seperti arisan itu.. " kata Ontoseno.

Hmm.. Ya memang dasar Ontoseno..

"Mm.. anu saja Mr. President.. Mr. President punya hape, kan??" tanya Jemangin yang ikut kuundang.

"Ya.. memangnya kenapa, Jemangin..?"

"Mm.. anu saja. Pakai hape saja Mr. President. Ketik REG spasi JODOH, kirim ke 5678, Sang Dewi Jodoh akan siap membantu.." jawab Jemangin asal.

Aku merengut mendengarnya.

[ salam cium pipi untuk yang baca ini. -untuk yg cewek-. yang pede untuk dicium.. tentu saja yang pipinya tidak jerawatan.. he he he.. ]

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun