Kita semua tahu bahwa sejarah Indonesia tidak pernah lepas dari peninggalanya di jaman kerajaan. Mereka meninggalkan banyak bukti sejarah yang membuat kita jadi ingin mengenal Indonesia lebih dalam fakta menarik di setiap fenomenanya. Â Seperti ditemukannya candi, petilasan, gapura, prasasti, arca, kitab, dan wayang. Wayang menjadi salah satu aset budaya yang dimiliki Indonesia, budaya peninggalan nenek moyang sejak kerajaan Hindu Budha Wayang juga digunakan oleh para ulama untuk menyebarkan agama di Nusantara. Wayang juga dipandang sebagai suatu bahasa simbol dari hidup dan kehidupan yang lebih bersifat rohaniah daripada lahiriah. Orang melihat wayang seperti halnya melihat kaca rias. Jika orang melihat pagelaran wayang, yang dilihat bukan wayangnya melainkan masalah yang tersirat di dalam (lakon) wayang itu. Seperti halnya kalau kita melihat ke kaca rias, kita bukan melihat tebal dan jenis kaca rias itu, melainkan melihat apa yang tersirat di dalam kaca tersebut. Kita melihat bayangan di dalam kaca rias itu. Oleh karenanya, kalau kita melihat wayang dikatakan, bahwa kita bukan melihat wayangnya, melainkan melihat bayangan (lakon) diri kita sendiri (Djojosupadmo 1978 ). Sampai saat ini wayang masih dilestarikan. Wayang memiliki berbagai macam bentuk dan keseniannya di setiap adat istiadat daerah, namun yang paling terkenal dan banyak diketahui masyarakat adalah Wayang Kulit. Dalam wayang kulit sendiri tokoh-tokoh yang sering dijadikan sebagai pagelaran banyak diambil melalui kisah mahabharata, Raden Gatotkaca salah satunya. Raden Gatotkaca dalam pewayangan memiliki sebutan "Otot Kawat" dan "Bertulang Baja". Pewayangan Jawa menggambarkan juga kalau Gatotkaca bisa terbang, dan orang India meyakini sosoknya sebagai ksatria pringgadani keturunan bangsa raksasa. Pagelaran wayang tentang kisah Raden Gatotkaca menjadi ikonis yang selalu menarik para masyarakat.
KEMBALI KE ARTIKEL