Tulisan ini ingin menyoroti beberapa langkah penting yang pernah dilakukan Jokowi dalam perspektif Actor-Network Theory,disingkat ANT (Latour, 2005) maupun perpekstif Right to the City, disingkat RTTC (Lefebvre, 1996) untuk mengungkap tiga kekuatan kepemimpinan yang sangat dibutuhkan DKI. Pertama, kemampuan Jokowi dalam men-translasi apa yang lived dalam masyarakat ke dalam “praktek” yang lebih luas menjadi bukan sekedar “wacana” seperti terlihat dalam kasus mobil ESEMKA, meskipun terhambat kepentingan ekonomi politik yang lebih besar. Dalam kasus ini Jokowi bukan hanya merepresentasikan dirinya sebagai “aktor lokal”, tetapi dia berusaha memperjuangkan “impian nasional” yang ideal-nya disuarakan oleh kepemimpinan nasional atau setidaknya oleh seorang menteri.