Mahasiswa umumnya belajar dengan maksimal berharap mendapatkan nilai yang bagus. Belajar di bangku kuliah semata-mata hanya untuk mengejar nilai. Bagaimanapun juga kita sebagai mahasiswa membutuhkan nilai untuk kelak mencari pekerjaan. Pada lowongan pekerjaan, syarat utama untuk melamar suatu pekerjaan yaitu dengan standar nilai ipk tertentu (biasanya ipk yang diminta 3,00). Tentu saja, bagi yang 'gila nilai' berjuang keras untuk mendapatkan nilai sebagus-bagusnya, tidak jarang pula ada yang mengambil jalan pintas (seperti menyontek, dll). Tetapi apakah nilai itu segala-galanya? Apakah hanya esensi nilai saja yang diutamakan. Bagaimana dengan ilmu yang didapat selama bangku kuliah?
Seperti yang kita ketahui, tujuan utama kita menuntut ilmu di bangku kuliah adalah untuk mencari ilmu sehingga dapat diterapkan pada pekerjaan yang sesuai dengan bidang masing-masing. Namun, anggapan itu dapat dipatahkan jika seseorang tersebut hanya mengejar nilai. Mahasiswa yang hanya memikirkan nilai akan merasa terpukul bahkan stress jika mendapatkan nilai yang jelek. Seperti yang kita ketahui, nilai didapat ketika kita bisa mengerjakan soal-soal yang diujikan. Tentu saja soal-soal yang diujikan tidak semua materi tertera dalam soal. Namun faktanya, tidak semua mahasiswa yang kompeten mendapatkan nilai yang bagus. Mahasiswa yang berjaya dalam ujianlah yang bisa. Jadi, nilai bukanlah ukuran yang valid dalam menentukan kapabilitas seseorang.
Beda dosen beda penilaian. Ada dosen yang murah nilai dan ada dosen yang pelit nilai. Jika seorang mahasiswa yang berkemampuan biasa diajar oleh dosen yang murah nilai, ia sangatlah beruntung. Sebab, ia bisa mendapatkan nilai tambahan oleh dosen itu. Namun apabila ia diajar dosen yang pelit nilai, alhasil ia akan sulit memperoleh nilai yang bagus.
Nilai bukanlah ukuran yang valid untuk menentukan kemapuan mahasiswa. Mahasiswa seharusnya lebih bijak dalam mendefinisikan nilai dan ilmu. Padahal banyak hal yang harus dipikirkan ketimbang nilai. Pengaplikasian dari ilmu yang didapat itulah yang lebih penting. Jika kita mampu memahami semua mata kuliah dan bisa menerapkannya ke dunia nyata, kita berarti mampu untuk bersaing di dunia kerja. Jadi, jangan hanya duduk untuk menghafal semua teori-teori, seseorang juga harus tanggap kepada problematika yang ada di lingkungan sekitar. Jika seseorang berkuliah untuk bertekad mencari ilmu, ia tidak hanya mencari ilmu di dalam kampus, ilmu di luar kampus tidak kalah banyaknya. Niscaya, nilai yang baik akan datang dengan sendirinya. Ilmu di luar kampus (di masyarakat) adalah ilmu yang sesungguhnya. Kita bisa berhadapan langsung dengan masalah-masalah yang terjadi dan dapat membuat kita semakin matang dalam menyelesaikannya. Terkadang teori tidak sesuai dengan praktek, teori hanyalah ulasan secara global. Sejauh ini, banyak sekali sekali lulusan sarjana yang menggagur, hal itu diakibatkan karena banyak yang kurang kompeten meskipun bernilai baik. Ia kurang agresif di lapangan kerja karena daridulu hanya terpaku untuk mengumpulkan nilai, sehingga waktu untuk mencari ilmu di luar kurang. Alahkah baiknya jika berjalan keduanya. :)