Film ini merupakan versi buat ulang (remake) dari film Denmark berjudul sama yang rilis pada 2005 yang disutradarai oleh Laurits-Munch Petersen yang juga ikut menulis naskah.
Di versi orisinalnya, dua karakter utama, Tim dan Frank, diceritakan harus melakukan perampokan demi membiayai pengobatan ibu mereka. Dalam pelarian, mereka mendapati sebuah ambulans dengan seorang paramedis dan pasien serangan jantung di dalamnya.
Berkat kesuksesan film tersebut di Denmark, baik secara finansial dan pengakuan, Michael Bay pun menjadikan kisah pelarian tidak biasa ini sebagai salah satu judul di CV-nya sebagai sutradara.
Film terakhir yang disutradarai oleh Michael Bay adalah 6 Underground (2019) yang tayang eksklusif di Netflix.
Ada sedikit perbedaan cerita dengan film orisinalnya, di mana Ambulance (2022) berkisah tentang Will Sharp (Yahya Abdul-Mateen II), seorang veteran perang, yang mengalami kesulitan untuk membiayai pengobatan istrinya.
Di tengah keputusasaan, dia menghubungi saudaranya yang seorang kriminal buronan FBI, Danny Sharp (Jack Gyllenhaal), untuk meminta bantuan keuangan.
Danny menawari Will untuk membantunya dalam aksi perampokan bank senilai $32 Juta.
Singkat cerita, aksi Heist ini gagal karena "ulah" Zach, polisi bucin yang mampir ke bank.
Masih di dalam area bank, di tengah pelarian, Will dan Danny membajak sebuah ambulans yang sedang membawa Zach yang mengalami luka tembak. Di dalam ambulans ada juga Cam Thompson (Eiza Gonzalez), paramedis yang sedang bertugas.
Ada sekitar 30 menit sejak film dimulai hingga pertemuan perampok bersaudara tersebut dengan mobil ambulans ini, yang artinya kisah kejar-kejaran antara mereka dengan polisi berlangsung sekitar 1 jam 45 menit. Cukup lama.
Salah satu ciri khas Michael Bay adalah adegan kejar-kejaran, tabrak-tabrakan, dengan ledak-ledakan di jalan raya. Ciri-ciri tersebut sangat terlihat di 6 Underground dan waralaba Transformer besutannya. Hal-hal tersebut menjadikannya sutradara alami untuk film dengan plot cerita seperti ini.
Ambulance (2005) dibawanya ke Hollywood dengan gaya yang lebih spektakuler.
Gyllenhaal dan Yahya cukup baik membawakan peran masing-masing. Namun, chemistry keduanya tidak cukup kuat karena Bay hanya memberi porsi cukup singkat berupa beberapa dialog dan adegan flashback masa kecil mereka untuk membentuk ikatan emosional keduanya.
Sejak scene di ambulans, fokus film juga terbagi ke Eiza Gonzalez yang memainkan perannya sebagai paramedis andal dengan sangat baik, bahkan lebih setiap dialog dan gesture-nya lebih memorable dibandingkan dengan lawan mainnya.
Beberapa karakter minor, yakni kapten polisi Monroe (Garret Dillahunt), agen FBI Anson Clark (Keir O'Donnell), Zach (Jackson White), dan Mark (Cedric Sanders), berhasil membangun interaksi di film ini dengan sangat baik.
Ciri khas Michael Bay lainnya adalah teknik pengambilan gambar menggunakan drone yang tidak biasa untuk memperkuat penggambaran latar belakang atau sekadar intermeso memanjakan mata.
Bicara soal scoring, sang sutradara tidak terlalu menganggap serius akan hal ini. Toh, penonton akan fokus sepenuhnya ke aksi kejar-kejaran yang ditampilkan secara frontal di hampir keseluruhan film.
Tapi, tetap saja diselipkan sebuah lagu tahun 1980-an yang enak didengar di sela-sela aksi pengejaran, sekadar memberikan penonton kesempatan untuk mengatur napasnya sejenak.
Sebagai tambahan, ini merupakan film ketiga Jack Gyllenhaal yang merupakan versi buat ulang dari film Denmark. Dua lainnya adalah The Guilty (2021) dan Brothers (2009).
Karakter Will Sharp yang diperankan oleh Yahya Abdul-Mateen II adalah nama yang sama dengan salah satu karakter di film yang melambungkan nama Michael Bay, Armageddon (1998).
Sebagai penutup, ini adalah film aksi laga yang menggabungkan Money Heist dan Speed (1994).