Sang surya belum sepenuhnya menampakkan sinarnya ketika Sri sudah mulai melangkah. Di bawah langit biru ia menyusuri terowongan rel kereta api sisa sejarah penjajahan Belanda sejak 429 tahun silam. Jalan setapak di pinggir sungai menjadi saksi bisu perjalanannya setiap hari. Gemercik air sungai menjadi latar musik yang syahdu mengiringi langkahnya. Pematang sawah yang terhampar luas. Udara pagi yang sejuk dan kicauan burung menjadi teman setia dalam perjalanannya. Sebagai seorang guru honorer di desa, Sri paham betul arti pengorbanan. Meski terkadang harus berjuang melawan keterbatasan, ia tetap teguh berdiri membawa secercah cahaya ke pelosok negeri. Setiap langkah yang ia ayun adalah bukti nyata dedikasinya dalam menebar benih-benih generasi bangsa.
KEMBALI KE ARTIKEL