Berbisik jiwa yang di jerat gelapnya tahun-tahun, meronta ingin segera berlari liar melompat-lompat seperti anak kijang, tidak ! Bahkan jeratnya makin kuat sekuat cengkraman mulut buaya, seperti kuku-kuku elang yang perkasa, jerat yang dianyam dari segala keinginan kemakmuran, juga dari jalinan-jalinan cinta-cinta kusut yang menggumpal mengeras sekeras intan, seperti jaring pukat yang mengurung jiwa dan terus menjaganya tenggelam di kedalaman asa. Berharap kembali di waktu kehampaan lalu menuntut Dia ; "masakan Tuan menempatkan aku di antara semak belukar, bukankah di seberang sungai itu ada bukit-bukit hijau nan permai semua keindahan di Eden ada disana ? Mungkin akan senang seumur hidupku jika Tuan membaringkan aku di bukit itu". Omong kosong ! Bahkan aku tak mampu mengingat bagaimana setiap tubuhku ditenun.
KEMBALI KE ARTIKEL