Sudah malam. Masih seperti malam-malam sebelumnya. Sepi. Angin malam berhembus masuk lewat pintu yang belum ditutup itu. Raka masih terjagawaktu itu. Ponselku berdering, ternyata Dwita, teman perempuanku menelpon. Tidak biasanya Dwita menelponku, apalagi waktu itu malam-malam pukul 22.00. Dengan nada yang tersedu-sedu Dwita menceritakan maksud dia menelponku. Dwita baru saja diputus oleh kekasihnya, Gilang.