Mak ijah menatap dinding rumahnya. Tepat di kalender yangterpasang sedikit miring. Di sebelah jam dinding yang berdetak nyaring ketika malam.Terdiam lama, entah apa yang terenung di pikirannya.Kelender itu adalah satu dari sekian banyak perabot peninggalan suaminya tercinta. Di ingat betul ketika mendiang suaminya nampak gusar saat dinding rumah itu teramat keras untuk dilubangipaku.Paku-paku itu selalu bengkok ketika beradu dengan martil dan tembok.Hingga ia putuskan untuk mengebornya.