Mata kuliah ini sudah menarik perhatian sejak pertemuan pertama. Ikhsan Ahmad, dosen yang bertanggung jawab mengajar pada mata kuliah ini membuka kelas dengan penuh ketegangan. Itu merupakan hal yang wajar, karena beliau dikenal sebagai dosen yang cukup membuat bulu ditubuh berdiri. Mahasiswa mendengarkan apa saja yang harus dilakukan selama satu semester kedepan, beliau juga mengundang seorang temannya yang pengalamannya sudah melimpah dibidang jurnalistik. Melalui pembelajaran yang diberikan beliau dan temannya, seisi kelas mendapatkan gambaran nyata tentang dunia jurnalisme yang dinamis dan penuh tantangan. Hal tersebut membuat sebagian orang tertarik, dan sebagian terlihat seperti biasa saja.
Minggu-minggu awal perkuliahan dihabiskan untuk mengenalkan dasar-dasar dalam penulisan berita, termasuk struktur berita, piramida terbalik, dan prinsip 5W+1H (Who, What, When, Where, Why, How) berikut dengan beberapa contohnya. Suasana dalam kelas ini terbilang monoton namun mengandung adrenalin, mungkin karena penyampaiannya yang tidak menarik dan terbalut dengan aura ketegangan yang dipancarkan oleh sang dosen. Tugas merupakan makanan sehari-hari yang memabukkan dalam mata kuliah ini. Tentu saja ini bukanlah sebuah masalah, karena sebagai mahasiswa sudah seharusnya mengerjakan tugasnya hingga tuntas, yang menjadi permasalahan adalah ketika terjadi rasa ketidakadilan dalam memandang tugas yang dikerjakan tersebut. Dapat dikatakan ketidakadilan karena sebagian mahasiswa merasa tugas yang diberikan terkesan berat untuk sebagian pihak, namun dilihat melalui kacamata penilaian yang sama.
Pembelajaran pemahaman dasar-dasar jurnalistik berlalu, masuklah minggu-minggu dimana adanya praktik penulisan, yang dimana ini merupakan tugas yang dimaksud pada paragraf sebelumnya. Setiap minggu, mahasiswa diharuskan menulis berita berdasarkan tema yang telah dibagi dan ditetapkan oleh sang dosen, seperti politik, seni, politik internasional, budaya, ekonomi, dan sebagainya. Dalam setiap tugas, diharuskan untuk mampu menyampaikan informasi penting dalam batasan kata yang ketat dan tentunya dengan kredibilitas yang harus dijaga, seperti pentingnya verifikasi fakta dengan pengecekan melalui berbagai sumber dan memerhatikan etika jurnalisme. Dalam era digital ini, informasi bisa menyebar dengan cepat, keakuratan dan kebenaran menjadi hal yang sangat penting dan berharga.
Tugas yang telah diberikan tadi mengharuskan untuk melakukan wawancara mendalam, menggali informasi, dan menyusun narasi yang menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi dengan cara yang menarik. Dari pengalaman ini, mahasiswa belajar bahwa menulis bukan hanya tentang menyampaikan fakta, tetapi juga tentang menyentuh hati pembaca dan membuat mereka terhubung dengan cerita yang disampaikan.
Setiap proses pembelajaran pasti memiliki tantangan, tingkat tantangan tersebut berbeda-beda tergantung dengan tema yang didapat. Misalnya dengan tema politik, sudah pasti mahasiswa harus berhati-hati karena berita yang ditulis akan dikirim kepada media dan berdampak hasilnya pada persepsi masyarakat, sehingga mahasiswa perlu untuk mendapatkan akses terhadap narasumber kredibel. Hal tersebut sama sekali tidak menjadi masalah, minggu demi minggu pun berlalu, sebagian mahasiswa sudah cukup banyak mengirimkan berita dan opini yang mereka buat kepada suatu media. Namun, karena beberapa alasan membuat Ikhsan Ahmad sebagai seorang dosen yang bertanggung jawab pada mata kuliah tersebut melakukan penggantian tugas, hal ini dirasa cukup merugikan sebagian mahasiswa yang sudah mengirimkan banyak tulisannya, karena sebagian mahasiswa lain masih ada yang hanya mengirimkan dan baru membuat sedikit tulisan saja. Hal itu membuat semua perjuangan yang dikeluarkan sebagian mahasiswa yang bersusah payah dalam membuat tulisan beritanya terasa sia-sia.