Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Makna Surat ke-109 Al Kafirun (Orang-Orang Kafir) Dalam Kehidupan di Dunia

16 Maret 2024   18:16 Diperbarui: 16 Maret 2024   19:20 82 1
Surat Al Kafirun merupakan surat ke-109 dalam Al-Qur'an. Terdiri dari 6 ayat, Surat Al-Kafirun diturunkan di Kota Makkah (surat Makkiyah) sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah.

Surat Al Kafirun memiliki arti 'orang-orang kafir', yakni orang-orang yang tidak beriman kepada Allah SWT dan rasul-Nya.

Surat Al Kafirun menjelaskan bagaimana Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk menyampaikan secara tegas tentang toleransi beragama dalam ajaran Islam.

Surat ini berisi tentang pembedaan tentang ketauhidan secara jelas antara keislaman dengan kekufuran. Berikut ini Surat Al Kafirun, lengkap dengan artinya:


1.
Arab-latin: qul y ayyuhal-kfirn
Artinya: Katakanlah (Muhammad), "Wahai orang-orang kafir!

Ayat ke-1 ini mengandung arti bahwa Rasulullah SAW diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyampaikan kepada orang-orang kafir tentang ketauhidan dan batasan pelaksanaan toleransi beragama antara kaum muslimin dengan kaum kafir.

Sebelum mengetahui arti kata "kafir" dalam Islam, sebaiknya kita memahami lebih dulu kata kafir secara etimologi. Kafir, berasal dari kata dasar yang terdiri dari huruf kaf, fa' dan ra', berasal dari kata kufur. Arti dasarnya adalah "tertutup" atau "terhalang". Secara istilah, kafir berarti "terhalang dari petunjuk Allah".

Orang kafir adalah orang yang tidak mengikuti pentunjuk Allah SWT karena petunjuk tersebut terhalang darinya. Akal dan hati mereka belum mendapatkan hidayah dari Allah SWT.

Kafir adalah lawan dari iman. Dalam al Quran, Surat an-Nuur, Allah SWT menganalogikan kekafiran dengan kegelapan, dan keimanan dengan terang benderang, serta petunjuk (huda) sebagai cahaya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi kafir adalah orang yang tidak percaya kepada Allah SWT dan rasul-Nya. Mungkin pengertian ini juga bisa membantu banyak orang dalam memaknai arti kata kafir dalam Islam.

Hanya ada 2 kategorisasi manusia dalam hal mensikapi petunjuk dari Allah SWT yaitu, Beriman (Bertaqwa) dan Kafir (Surah Al-Baqarah ayat 2 sd 6). Dan kelompok kafir sendiri ada beberapa macam lagi, misalnya menurut sikap terhadap kitab-kitab yang pernah diturunkan: ada "Ahli Kitab" dan ada "Musyrikin" (lihat Surat Al-Bayyinah).

Sementara itu dalam hal kesadaran mereka terhadap sebuah kebenaran, adapula kategori "fasik", yaitu mereka yang sudah faham mana yang benar dan mana yang salah, tapi tetap saja mereka melanggar perjanjian dengan Allah SWT, memutuskan tali silaturahiim dsn melakukan kerusakan di muka bumi (Al-Baqarah ayat 26 dan 27).


2.
Arab-latin: l a'budu m ta'budn
Artinya: aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah

3.
Arab-latin: wa l antum 'bidna m a'bud
Artinya: dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah

4.
Arab-latin: wa l ana 'bidum m 'abattum
Artinya: dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah

5.
Arab-latin: wa l antum 'bidna m a'bud
Artinya: dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah.

Arti ayat 2 sd 5 Surat Al Kafirun ini, secara umum adalah perintah Allah SWT kepada Rasulullah SAW untuk mengatakan kepada kaum kafir Quraisy yang datang kepadanya dan mengusulkan kompromi tentang ketauhidan, bahwa aku (Muhammad) sekarang hingga masa datang tidak akan pernah menyembah apa yang sedang kamu sembah. Dan kamu juga tidak akan menjadi penyembah-penyembah apa yang sedang aku (Muhammad) sembah.

Ayat-ayat tersebut juga menjelaskan bahwa, aku (Muhammad) tidak pernah menjadi penyembah dengan cara penyembahan kamu dan kamu pun tidak akan pernah menjadi penyembah-penyembah dengan cara penyembahanku.

Dalam sejarah Islam, tokoh kafir kaum Quraisy pernah menawarkan kepada Rasulullah SAW tentang kesepakatan dalam penyembahan Tuhan, yaitu 1 tahun mereka mengikuti menyembah Tuhan orang muslim, 1 tahun berikutnya giliran orang muslim mengikuti menyembah berhala-berhala mereka.

Suatu tawaran yang memperolok dan mempermainkan agama serta merusak aqidah Islam. Perbuatan yang menjerumuskan umat Islam ke dalam perbuatan syirik. Naudzubillahi mindzalik, tentu saja Rasulullah SAW menolak keras dan tegas hal tersebut. Inilah asbabul nuzul (asal usul turunnya), Surat Al Kafirun.

Di ayat selanjutnya, menjelaskan bahwa, aku tidak pernah menjadi penyembah dengan cara penyembahan kamu dan kamupun tidak akan menjadi penyembah-penyembah dengan cara penyembahanku.

Antara kaum beriman dan kaum kafir adalah sangat berbeda secara nyata tentang apa yang disembah dan bagaimana tata cara dalam melakukan penyembahan.


6.
Arab-latin: lakum dinukum wa liya din
Artinya: Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.

Ayat terakhir Surat Al Kafirun menegaskan bahwa dalam ajaran  Islam tidak boleh ada paksaan bagi seseorang dalam memilih keyakinan dan memeluk suatu agama. Agama dan keyakinan adalah hak azasi yang paling hakiki bagi seorang manusia dalam menyembah Tuhan dan melaksanakan segala aturan, tata cara ibadah dari agama yang dianutnya.

Dalam Islam, adalah Hak Allah memberikan hidayah Iman dan Islam kepada seseorang yang dikehendaki-Nya melalui berbagai cara, sebab dan perantara dengan firman-Nya "Kun Fayakun."

Hidayah itu datang bisa melalui ayat-ayat kebesaran Allah antara lain kitabiyah (Al Qur'an), kauniyah (alam semesta), nafsiyah (penciptaan manusia), getaran suara adzan dan lain sebagainya. Hanya Allah yang bisa membuka akal dan hati manusia untuk bisa menerima nur Islam.

Sejarah Islam mencatat bagaimana Rasulullah berdoa kepada Allah memohon agar paman Beliau, Abu Thalib yang setia membela Rasulullah dalam mendakwahkan Islam kepada kaum Quraisy, diberikan Allah SWT hidayah Islam.

Abu Thalib adalah paman Nabi Muhammad SAW yang mengasuh dan mendidik Rasulullah dengan penuh rasa cinta serta kasih sayang hingga dewasa. Sebelumnya Rasulullah SAW pernah diasuh oleh kakek Beliau, Abdul Muthalib. Abu Thalib adalah orang yang amat terpandang dan disegani di kalangan kaum Quraisy.

Sejak awal Nabi Muhammad SAW diangkat oleh Allah SWT menjadi seorang Nabi dan menyebarkan agama Islam, Beliau sering mendapatkan kecaman, ejekan, bantahan, dan bahkan ancaman pembunuhan dari para kafir Quraisy. Abu Thalib lah satu-satunya orang yang dengan tegar dan berani maju paling depan untuk membela Rasulullah SAW dan tak segan-segan menghunuskan pedangnya.

Namun sayang sekali, hingga akhir hayatnya, Abu Thalib, tidak mau memeluk Islam karena akal dan hatinya belum sempat mendapat hidayah dari Allah SWT.

Ayat terakhir Surat Al Kafirun menjelaskan mengenai, Rasulullah diperintahkan oleh Allah SWT untuk memberikan kebebasan bagi orang-orang kafir untuk menyembah apa yang mereka yakini dan mengamalkan ajaran agama sesuai kepercayaannya. Menghargai dan menghormati orang-orang kafir dalam menjalankan aktivitas ibadahnya. Mereka juga harus berani mempertanggungjawabkannya kelak di pengadilan akhirat.

Begitu pun Rasulullah SAW bersama kaum muslimin bersedia mempertanggung jawabkan agamanya, yaitu Islam di yaumil hisab, serta menerima ganjaran dari Allah SWT.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun