Arti surat Al Ikhlas adalah Keesaan Allah SWT. Terdiri dari 4 ayat, kandungan di dalam surat ini antara lain penetapan keesaan Allah SWT dalam kesempurnaan dan ketuhanan, serta kesucian Allah SWT dari segala kekurangan.
Makna surat Al Ikhlas menggambarkan tentang keesaan Allah SWT. Selain itu, surat ini juga menggambarkan ketauhidan. Esa berarti tunggal atau satu, sesuai dengan arti per ayat surat Al Ikhlas.
Seperti surat lain di Al Quran, Surat Al Ikhlas pun punya asbabun nuzul atau latar belakang penyebab surat ini diturunkan. Turunnya ayat ini berkaitan dengan peristiwa yang dialami Rasulullah saat menghadapi orang musyrik yang mempertanyakan tentang Allah.
Surat Al Ikhlas diturunkan karena pertanyaan orang-orang kafir mengenai Allah SWT, seperti disebutkan dalam sebuah hadis berikut ini:
"Dari Ubayy bin Ka'ab Radhiyallahu anhu bahwa orang-orang musyrik berkata kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam , "Sebutkan nasab Rabbmu kepada kami!", maka Allah menurunkan: (Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa)" (HR Tirmidzi)
Berikut arti surat Al Ikhlas beserta tulisan arabnya secara lengkap.
qul huwallahu ahad
Artinya: "Katakanlah (Muhammad), Dialah Allah, yang Maha Esa."
Tafsir ayat pertama menjelaskan tentang Keesaan Allah SWT yang terdapat dalam kata Ahad atau Satu. Di mana, menurut Sayyid Qutb bunyi ayat pertama Surat Al Ikhlas juga bermakna serupa dengan Wahid. Artinya bahwa Allah tidak dapat dipersekutukan dengan apapun.
Adanya Surga dan Neraka, alam semesta, bumi, langit dan seisinya menunjukkan adanya Allah, Sang Maha Pencipta.
Proses pencarian Tuhan oleh Nabi Musa mewakili rasa keingintahuan setiap manusia akan Zat yang Maha Segala-galanya.
Matahari, bulan, bintang, gunung menjadi zat yang menjadi dugaan awal Nabi Musa, bahwa itulah Tuhan manusia, ternyata keberadaannya tidak abadi. Hingga akhirnya Nabi Musa berdoa dan memohon agar Tuhan menunjukkan wajahnya. Akhirnya Tuhan mengabulkan doanya, Allah pun menunjukkan wajahnya dibalik gunung Thur, dan seketika itu Nabi Musa pingsan.
Manusia zaman kini, akibat perkembangan ilmu pengetahua dan teknologi mampu menguak banyak tabir akan keberadaan Allah melalui benda-benda dan makhluk-makhluk ciptaan-Nya di langit dan di bumi, yang kita kenal sebagai ayat-ayat kauniyah (bukti kebesaran Allah).
Untuk meyakini keberadaan Allah, sebetulnya setiap manusia hanya perlu mengenal dirinya sendiri, belajar bagaimana proses terciptanya manusia?
Bagaimana Allah meniupkan ruh dalam jasad manusia? Memikirkan, mempelajari dan merenungi kerja organ-organ tubuh, sistem pernafasan, sistem peredaran darah, sistem kerja jantung, sistem kerja otak dan lain-lain. Yang kesemuanya akan berakhir dengan sebuah kekaguman atas keberadaan dan kebesaran Tuhan, Sang Pencipta.
Pada saat manusia berada dalam kondisi bahaya dan kegentingan tingkat tinggi, seorang manusia berpaham ateis atau agnotisme akan mencari, berdoa kepada sesuatu yang dianggapnya sebagai Tuhan.
Dalam pesawat terbang yang mengalami cuaca sangat buruk, awan tebal, hujan, kilat dan guntur, pilot mengalami gangguan jarak pandang, sehingga pesawat terbang dalam kondisi tidak stabil dan terguncang kuat (turbulensi). Suasana mencekam, semua penumpang dalam kondisi panik dan ketakutan. Masing-masing sibuk memohon pertolongan kepada Tuhan, mengingat Tuhan, membaca Kitabullah, dzikrullah, istighfar dan melantunkan doa-doa tanpa putus dengan harapan segera turun pertolongan-Nya.
Hal yang sama akan berlaku ketika cuaca buruk di laut dan di darat. Ketika kita berada di dalam kapal laut atau perahu yang sedang diterjang badai dan ombak ganas. Atau ketika kita sedang bepergian dengan motor, mobil atau kendaraan umum lain tiba-tiba muncul angin topan (puting beliung) dengan kecepatan tinggi menghadang kendaraan yang kita tumpangi.
Atau ketika kita berada di rumah, tapi sedang dalam ancaman bencana alam meletusnya gunung berapi, banjir bandang, gempa bumi dahsyat dengan atau tanpa Tsunami, kita sebagai manusia lemah akan spontanitas dzikrullah meminta pertolongan-Nya agar selamat dari musibah.
allahus samad
Artinya: "Allah tempat meminta segala sesuatu."
Tafsir ayat ke dua Surat Al Ikhlas menjelaskan bahwa setiap makhluk menggantungkan diri kepada Allah SWT. Sebab Allah adalah Tuhan yang Maha Sempurna, Maha Mulia, Maha Besar, dan Maha Hidup.
Selain itu menurut Tafsir Al Misbah bacaan Ash Shamad dalam ayat ke dua Surat Al Ikhlas mengandung tafsir yang memiliki arti yang dituju. Artinya bahwa Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan yang dituju oleh semua makhluk untuk mengabulkan segala doa.
Sering kita temui dan dengar, seorang muslim terlalu berharap dan meminta bantuan kepada keluarga, tetangga, teman atau pun sahabat, tetapi sebagian besar berujung dengan kekecewaan yang mendalam. Islam melarang kita terlalu berharap kepada makhluk, termasuk manusia.
Islam mengajarkan agar seorang muslim suka tolong-menolong dengan sesama. Saling membantu, memudahkan dan ringan tangan menolong orang lain yang sedang dalam kesulitan sesuai kemampuan secara ikhlas.
Bagaimana pun, hanya Allah yang mampu menolong hamba-Nya yang sedang dalam kesulitan. Dia-lah yang membolak-balikkan hati dan menggerakkan fisik seseorang untuk menjadi perantara pertolongan Allah. Banyak cara Allah untuk memberikan pertolongan kepada hamba-Nya, baik dengan memberikan jalan keluar langsung kepada yang bersangkutan atau lewat perantara orang lain.
Allah membagi rejeki kepada setiap makhluk-Nya, termasuk manusia sesuai dengan kadarnya masing-masing dan tidak akan tertukar.
Hidup di dunia ini ujian, bahagia dan sedih silih berganti, begitulah kehidupan manusia selama di dunia, akan mengalami ujian nikmat dan ujian musibah. Tapi Allah berjanji kepada hamba-Nya yang sabar, tetap beriman dan taqwa dalam ujian musibah, akan memberikan jalan keluar dan rejeki yang tak terduga. Allah tidak pernah menyalahi janji kepada hamba-Nya.
Bagaimana pun ketetapan (taqdir) Allah itu yang terbaik bagi hamba-Nya, termasuk ujian musibah adalah cara Allah mencintai hamba-Nya agar hamba-Nya terhapus dosa-dosanya, muhasabah diri, memohon ampunan atas dosa, kembali ke jalan Allah dan bertambah taqwa. Banyak hikmah kehidupan, makin paham akan arti dan hakekat kehidupan dari kacamata Islam agar lebih bijak dalam menjalani hidup. Dan terakhir Allah berjanji menaikkan derajadnya.
Allah berfirman,"Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan." Ini adalah perintah dari Allah langsung kepada kita, manusia agar setelah bekerja, berusaha, berikhtiar, maka iringi dengan doa-doa sesuai hajat yang kita inginkan. Selanjut tugas kita adalah bertawakkal dan berprasangka baik kepada Allah.
lam yalid wa lam yulad
Artinya: "(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan."
Tafsir ayat ke tiga surah Al Ikhlas menurut Ibnu Katsir bahwa Allah tidak beranak, tidak diperanakkan, serta tidak memiliki istri. Sementara Sayyud Qutb juga menjelaskan bahwa ayat ke tiga Surat Al Ikhlas mengandung makna bahwa Allah itu bersifat tetap, abadi, dan azali. Dengan kata lain sifat Allah itu mutlak dan tidak ada yang mustahil bagi Allah. Dia yang Maha Awal dan Maha Akhr.
Logika sehat tidak akan menerima jika Tuhan itu punya anak, bertindak sebagai orang tua, atau sebaliknya Tuhan merupakan seorang anak yang dilahir (diturunkan) oleh orang tua.
Hal yang mustahil Tuhan yang menciptakan dan mengatur kehidupan dalam menjalankan kekuasaannya dipengaruhi oleh pihak lain, baik itu dari anak  maupun orang tua. Dunia dan seisinya akan mengalami kehancuran, karena bila rotasi bumi bergesr sudutnya 0,5 derajad saja atau bumi sedikit melenceng dari orbitnya, maka sistem tata surya akan hancur berantakan.
Pergantian siang dan malam, pergiliran matahari dan bulan serta bintang-bintang membutuhkan ketelitian, presisi dan keteraturan yang tentunya hanya bisa dilakukan oleh Tuhan yang Maha Esa.
Dalam hal ketetapan tentang rejeki, jodoh dan kematian, bila Tuhan memiliki anak atau orang tua, maka pelaksanaan tugas-tugas tersebut tidak akan harmonis dan kacau, karena kekuasaan Tuhan tidak lagi bersifat mutlak, pasti ada intervensi dari anak atau orang tua Tuhan.
Dari sisi manusia sebagai seorang hamba, akan berdoa memohon perlindungan dan pertolongan kepada siapa? Tuhan? orang tua Tuhan atau anak Tuhan? Betul-betul sesuatu yang sulit diterima nalar dan logika sehat manusia.
wa lam yakul lahu kufuwan ahad
Artinya: "Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia."
Tafsir ayat ke empat Surat Al Ikhlas berikutnya adalah bahwa tidak ada apapun yang dapat menandingi kekuasaan Allah SWT. Sebab tidak ada yang setara dengan Allah SWT. Dan Dia adalah Sang Pencipta segalanya, Surga, Neraka, Dunia dan seisinya, maka mustahil ada makhluk ciptaan-Nya yang bisa menyamai dan menyerupai-Nya.
Kisah Raja Fir'aun, penguasa Mesir yang dikenal sangat bengis dan lalim. Dia menyatakan dirinya sebagai Tuhan dan akan membunuh siapa pun yang dianggap akan menandinginya. Sebegitu takutnya Raja Fir'aun akan kemunculan seorang laki-laki yang dapat mengancam tahta kerajaannya, maka diperintah kepada para pejabat kerajaan agar membunuh setiap bayi laki-laki yang baru lahir.
Dengan skenario Allah SWT, saat Nabi Musa bayi, dia sengaja dihanyutkan di sungai, yang kemudian ditemukan, dipelihara dan dibesarkan oleh istri Raja Fir'aun. Nabi Musa pun tumbuh besar secara sehat di tangan istri Raja Fir'aun.
Kesombongan Raja Fir'aun berakhir dengan kematian tragis, tenggelam di dasar laut merah bersama pasukannya ketika mengejar dan akan membunuh Nabi Musa bersama para pengikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan, Sang Pencipta alam semesta tidak mungkin memiliki tandingan, apalagi dari makhluk ciptaan-Nya seperti Raja Fir'aun.
Surat Al Ikhlas ini berkaitan erat dengan kebenaran dan lurusnya aqidah seorang muslim akan ketauhidan tanpa ada sedikitpun kesyirikan dalam niat, hati, pemikiran, perkataan dan perbuatan.
Demikianlah makna kehidupan yang terkandung dalam Surat ke-112, Al Ikhlas (Memurnikan Keesaan Allah) menurut pemahaman penulis dalam keterbatasan ilmu agama. Semoga bermanfaat bagi para pembaca.
Wallahu 'alam bi shawab.