Daerah aliran sungai menjadi daerah yang penting bagi kehidupan makhluk hidup.
Daerah aliran sungai atau DAS adalah suatu daerah yang dikelilingi atau dibatasi oleh garis ketinggian di mana setiap air yang jatuh di permukaan tanah akan dialirkan melalui satu outlet.
"Pembatasan daerah aliran sungai atau DAS bisa dilihat dengan bantuan peta topografi atau foto udara."
Sebagai proses pengalirannya, di sungai terjadi berbagai macam aktivitas alami mulai dari erosi (pengikisan), pengangkutan (transportasi), dan pengendapan (sedimentasi).
Ketiga aktivitas tersebut tergantung pada faktor fisik seperti kemiringan dasar sungai, struktur geologi dan tanah pembentuk sungai, volume tampungan sungai, dan kecepatan aliran dan faktor biotik seperti keberadaan tumbuhan air, tanaman di kanan-kiri alur sungai (sempadan). Aktivitas ini berbeda dampaknya antara daerah hulu, tengah dan hilir DAS.
Bentuk DAS ada yang membulat dan ada juga yang memanjang. Bentuknya yang berbeda-beda ini membuat DAS memiliki ciri hidrologi yang berbeda juga. DAS yang bentuknya memanjang akan membuat banjir lebih sulit terjadi dibanding bentuk DAS yang membulat.
Daerah aliran sungai mencakup wilayah yang luas dan sering juga mencakup wilayah administrasi. Oleh sebab itu, pengelolaan DAS sering dilakukan secara lintas sektoral dan lintas wilayah.
Jika tidak ada pengelolaan pada DAS, maka bisa terjadi kerusakan dan degradasi yang berdampak secara hidrologis dan sistem tata air di bagian hulu, tengah dan hilir DAS.
DAS yang rusak ketika hujan mudah banjir dan longsor, namun sebaliknya ketika kemarau sangat mudah terjadi kekeringan. Upaya pengelolaan DAS terus dilakukan. Namun ternyata hasilnya belum signifikan. Buktinya degradasi DAS juga terus meningkat. Dampak yang ditimbulkan pun terus meningkat.
Banjir, longsor, erosi, sedimentasi dan daya dukung serta daya tampung lingkungan terlampaui. Ada sesuatu yang salah, namun selalu tidak ada solusi permanen dan jangka panjang. Saat terjadi bencana semua pihak, baru ingat bahwa bencana timbul disebabkan kerusakan DAS.
Indikasi bahwa DAS sudah mengalami degradasi berat (hutannya gundul) dapat dilihat dari perbedaan antara Muka Air Tertinggi (MAT) saat musim hujan dengan Muka Air Terendah (MAR) saat musim kemarau, deviasinya lebih dari 2 meter.
Sebagai salah satu sistem hidrologi, kegiatan manusia yang dilakukan di DAS akan berpengaruh terhadap keseimbangan dari hidrologinya.
Sehingga, kita perlu menyeimbangkan penggunaan lahan dengan kemampuan lahan dan kesesuaian lahan.
Selain itu, kita juga perlu mencegah pencemarah pada DAS dan mencegah penurunan kualitas DAS.
"Adanya perubahan keseimbangan debit air sungat saat musim hujan dan kemarau menjadi salah satu kerusakan DAS."
Berikut beberapa faktor yang bisa menyebabkan kerusakan DAS, di antaranya:
1. Penebangan Hutan yang Berlebihan
Pada siklus hidrologi, air yang jatuh akan diserap oleh tumbuhan (infiltrasi) dan disimpan di dalam tanah sebagai cadangan air tanah (perkolasi).
Jadi, adanya penebangan hutan yang berlebihan akan membuat cadangan air tanah berkurang karena tidak adanya resapan air oleh tumbuhan.
"Penebangan hutan yang belebihan di sekitar DAS menjadi salah satu faktor penyebab utama rusaknya DAS."
2. Penutupan Danau dan Kantong Air Lainnya
Adanya danau, rawa dan kantong-kantor air lainnya membuat hujan yang jatuh tidak akan langsung mengalir menjadi aliran permukaan (run off) menuju ke daerah hilir. Air hujan tersebut akan masuk dan mengisi danau, rawa, cekungan-cekungan di dalam DAS sehingga air akan meresap ke tanah.
Akan tetapi jika danau, rawa dan kantong-kantor air lainnya tersebut ditutup untuk berbagai keperluan, maka air akan langsung mengalir ke bawah dan berisiko untuk terjadinya banjir.
3. Perubahan Saluran Drainase dan Sungai
Perubahan saluran drainase dan sungai bisa terjadi karena adanya pengendapan hasil erosi (sedimentasi) dan pembuangan sampah oleh masyarakat ke saluran drainase dan sungai tersebut.
Hal ini membuat saluran drainase dan sungai akan menjadi dangkal oleh sedimen dan sampah sehingga kapasitas penampungan airnya menjadi sangat berkurang.
Jika hal ini terjadi maka resiko terjadinya banjir akan lebih mudah karena saluran drainase dan sungai tidak mampu menampung aliran air.
4. Pembuangan Limbah Berbahaya
Limbah yang memiliki kandungan kimia biasanya berasal dari limbah industri, domestik, pengolahan lahan, dan lain sebagainya.
Limbah-limbah inilah yang bisa menurunkan kualitas air sungai dan berbahaya bagi kelangsungan hidup makhluk hidup.
Tidak adanya pengawasan rutin, periodik dan sanksi tegas dari Dinas Lingkungan Hidup, aktivitas pembuangan limbah tidak bisa dicegah dan dihentikan.
Itulah faktor-faktor penyebab rusaknya Daerah Aliran Sungai (DAS), salah satu faktor utamanya adalah penebangan hutan yang berlebihan.