1. Faktor Akademik
Mahasiswa baru cenderung mengalami stres akademik yang lebih besar karena mereka harus beradaptasi dengan sistem dan pola belajar di perguruan tinggi. Banyaknya mata kuliah yang harus diambil dalam satu semester, cepatnya ritme pembelajaran, dan lingkungan yang ambisius merupakan tantangan yang perlu dihadapi oleh mahasiswa. Belum lagi ekspektasi dari diri sendiri dan orang sekitar yang menambah tekanan akademik, hal ini sering dialami oleh mahasiswa yang meraih banyak prestasi di SMA-nya.
2. Faktor Sosial
Berpisah dengan teman semasa sekolah, mahasiswa baru harus mencari teman di perguruan tinggi masing-masing. Latar belakang yang berbeda-beda dan tingginya individualisme terkadang menyulitkan mahasiswa baru dalam menemukan lingkaran pertemanan yang nyaman. Tugas kelompok dan organisasi dapat menjadi sarana mencari relasi. Namun, pada saat bersamaan, padatnya kegiatan sosial di lingkungan fakultas dapat menguras energi dan memicu stres pada mahasiswa baru.
3. Faktor Lingkungan dan Keluarga
Stres karena faktor ini sering dijumpai pada mahasiswa rantau yang tinggal di kos dan jauh dari keluarga. Suasana kamar baru, lingkungan kos, dan kota yang asing membuat mahasiswa baru tidak nyaman. Kesepian dan rasa kangen keluarga meningkatkan kemungkinan stres pada mahasiswa terutama saat mereka mengalami hari yang berat. Selain itu, mahasiswa baru juga dituntut hidup mandiri seperti mencari makan, mencuci, dan bebersih semuanya harus dilakukan sendiri.