Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Catatan Menjelang Pencoblosan 08: Bingung, Tanya Saja Mbah Google

8 April 2014   00:04 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:56 59 1
Pemilu tak akan berjalan tanpa teknologi. Mulai dari yang paling sederhana sampai yang tercanggih. Sekarang ini penggunaan teknologi terutama teknologi informasi dan komunikasi dalam pemilu semakin kental. Bukan hanya oleh penyelenggara, melainkan juga peserta dan pemilih.

Buat pemilih, kehadiran teknologi informasi dan komunikasi sangat membantu untuk menjawah mengapa dan bagaimana memilih. Jadi buat pemilih yang bingung dan tak tahu kemana harus bertanya, luangkan waktu untuk mengunjungi google.  Dan lakukan googling untuk mencari tahu apa yang ingin diketahui tentang pemilu.

Ada sebuah buku dengan judul “Pidi Baiq menjawab semaunya, Google menjawab semuanya”. Judul buku ini meski kelihatannya bergurau, namun sesungguhnya adalah sebuah pengakuan, bahwa google menyediakan hampir semua jawaban yang diperlukan oleh seseorang.

Setiap jaman selalu memunculkan Tuhan. Ada masa dimana kemerdekaan adalah tuhan, kemudian disusul dengan tuhan yang lain yaitu pembangunan. Jaman berkembang dan kebebasan serta keterbukaan kemudian menjadi tuhan yang baru. Kini google layaknya tuhan yang menjawab segala pertanyaan dan kegelisahan manusia. Google seakan melingkupi dunia yang disebut sebagai dunia maya. Semua hal yang memasuki dunia maya akan diideks oleh google.

Berkaitan dengan pemilu, apa yang tersedia atau bisa diharapkan dari google?. Banyak, misalnya saja menyangkut pengetahuan dan informasi seputar pemilu. Silahkan saja ketik dan klik tombol pencarian maka akan segera muncul berita, gambar, video dan situs-situs terkait pemilu.

Pun demikian dengan mereka yang masih kebingungan mau memilih partai atau kandidat mana dalam pemilu nanti. Ketik saja nama partai di kolom pencarian google, niscaya akan tersedia banyak halaman yang membuat kita bisa belajar tentang sebuah partai, mulai dari sejarah, visi misi, program, pengurus dan bahkan kasus-kasus yang menimpa partai itu.

Nah, kalau untuk urusan caleg, google bisa menjadi tools untuk melakukan penilaian. Ketik saja nama sang caleg, ada seberapa banyak halaman yang terkait dengan nama caleg itu di indeks google. Jika ada banyak halaman tentu saja itu bisa menjadi ukuran sejauh mana kiprah caleg itu. Pilih 10 halaman pertama yang muncul di indeks google itu. Verifikasi apakah benar terkait dengan caleg itu, setelah yakin, periksalah masing-masing halaman. Apa yang dituliskan disitu dan siapa yang menuliskan. Dan kemudian nilailah apa yang tertulis di halaman itu sebagai positif, netral atau negatif.

Jika kemudian ditemukan bahwa kebanyakan hal positif disampaikan oleh orang atau pihak lain maka itu menjadi pertanda bahwa caleg yang dimaksud cukup kompenten atau punya kualitas tertentu. Namun jika apa yang ditampilkan sebagian besar adalah negatif atau berisi skandal dan kasus maka kesampingkan saja caleg itu. Sementara kalau kebanyakan netral dan tak terlalu memberi informasi soal kualitas atau kompentensinya maka meski dicari cara lain untuk mendapat informasi tambahan, misalnya buka kembali 10 halaman berikut dan ulangi prosedur yang sama.

Namun sayang, keberadaan google amat terkait dengan ketersediaan dan kualitas jaringan komunikasi. Dan umumnya kualitas komunikasi yang baik hanya tersedia di perkotaan, sementara di pedesaan atau daerah-daerah kepulauan kecil mencari pertolongan melalui google bukanlah pilihan yang bisa diambil.

Ketimpangan infrastuktur informasi dan komunikasi memang menimbulkan ketidakadilan antara daerah perkotaan dan pedesaan. Orang kota cenderung kelebihan, over informasi. Kota ditumpuki oleh gelontoran informasi bukan hanya yang sifatnya online melainkan juga yang offline.

Oleh karena itu tetap saja diperlukan jembatan, orang atau sarana yang mampu mendistribusikan informasi secara lebih merata. Sehingga saudara-saudara di tempat terpencil juga mampu mengakses informasi yang kualitasnya tidak kalah begitu jauh dari masyarakat perkotaan.

Jadi meski google hampir bisa menjawab seluruh pertanyaan, namun tetap saja Tuhan Yang Maha Esa lebih berkuasa, karena Tuhan Yang Maha Esa tak butuh jaringan internet untuk berkomunikasi dengan umatNYA. Dan umatNYA tak butuh paket data serta pulsa untuk berkomunikasi dengan Tuhannya.

Pondok Wiraguna, 5 April 2014
@yustinus_esha

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun