Membaca tulisan Prof Tjipta Lesmana berjudul
“Kematian Prada, Panama Papers, Pengampunan Pajak” di sebuah harian membuat saya terkejut, tercekat, lalu mual. Sebenarnya saya sudah berpikir sepuluh kali, apakah perlu menanggapi itu. Akhirnya saya terpaksa menuliskannya dengan satu ikhtiar: meluruskan kebengkokan. Itu pun dengan asumsi Prof. Tjipta menyadari ada yang bengkok dalam bangunan argumennya. Ya, argumen yang lebih mirip sumpah serapah, dan barangkali memang akhirnya itu benar-benar sampah.
KEMBALI KE ARTIKEL