"Siapapun yang menjadi Presiden nanti tak memberi pengaruh padaku, aku tetap aku takkan merubah status sosialku.....buat apa diributkan, toh kita masih seperti ini juga!" Demikian beberapa percakapan kudengar di warung bu Atik depan rumahku diantara nampak beberapa orang tukang becak sedang sarapan di warung.
Aku bak jadi seorang pengamat dari balik pagar sambil membersihkan rumput-rumput yang tumbuh meninggi.
"Siapapun yang jadi Presiden, tak akan mengubah nasib kita, saban hari mengayuh becak....apa kita jadi menteri kalau Presiden si A yang terpilih kan tidak? Seru salah seorang yang duduk di pojok warung.
"Jadi buat apa ribut-ribut soal Pilpres? mending kita berusaha bagaimana cara menambah penghasilan kita selain jadi tukang becak" lanjut seseorang yang duduk di sebelahnya.
"Bagaimana kalau kita jadi Tim Sukses Presiden saja? Seorang yang nampak dengan gaya pegawai kantoran sambil melihat kepada tukang becak yang sedang sarapan di warung itu.
"Waktu Pileg kemaren saya menjadi Tim Sukses salah seorang caleg, lumayan bisa bayar kontrakan rumah."
Kedua tukang becak itu saling berpandangan dan mengangkat bahu, kemudian bergegas meninggalkan warung itu dan menghilang dengan becaknya di keramaian jalan.
Akupun kembali mengerjakan pekerjaan rumah sambil bergumam....' Demam Pilpres!"