Menurut bekas Mensesneg itu, kicauannya di twitter mengenai grasi kepada koruptor itu karena omongan Wamenkumham Denny Indrayana yang menyerang orang dan membuat kegaduhan politik. “Kalau mengikuti logika yang ditulis Denny dalam twitternya bahwa advokat yang membela koruptor adalah koruptor. Maka setiap hakim yang membebaskan koruptor adalah hakim koruptor. Kalau diteruskan, maka presiden yang memberi grasi kepada koruptor adalah presiden koruptor,’’ paparnya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Anda diminta membuktikan ucapan Anda di twitter, siapkah?
Soal bukti membuktikan, kita ikuti logika Denny saja yang mengatakan, advokat yang membela koruptor adalah koruptor, apakah itu perlu pembuktian. Itu kan nggak perlu pembuktian. Itu hanya stigma dan propaganda politik.
Konsekuensi dari ucapan itu, ya presiden yang memberi grasi koruptor itu presiden koruptor. Ini bukan wilayah hukum, tapi wilayah propaganda politik. Maka jangan mempropagandakan orang dong. Kalau mereka nggak mau diserang, jangan menyerang orang lain.
Sepertinya Anda terpancing dengan ucapan Denny Indrayana ya?
Banyak orang bilang ngapain saya meladeni. Tapi dalam ilmu propaganda politik itu kebohongan yang diulang-ulang bisa membuat orang percaya. Itu kan propaganda. Misalnya, ada orang yang biasa memimpin doa, lama-lama ada yang memanggil pak kiai. Maka dia menjadi kiai walaupun ilmunya alakadarnya. Kalau terus menerus saya dibilang sakit hati atau balas dendam, maka lama-lama orang akan menilai saya seperti itu. Padahal tidak sama sekali.
Anda kesal dengan kicauan Denny Indrayana?
Berkali-kali rezim ini mau mengerjain saya dengan berbagai cara. Tapi nggak berhasil. Kemudian menuduh saya menghalang-halangi pemerintah dalam memberantas korupsi dan membantu koruptor. Ada stigma yang dibuat pemerintah untuk saya. Saya melihat Denny itu hanya pionnya saja. Meski demikian saya beritikad baik. Saya ingin meluruskan apa yang dilakukan itu.
Meluruskan apa?
Denny harus menyadari implikasi dari ucapannya itu. Mereka ini melakukan propaganda dan agitasi. Saya paham itu. Saya ini mengajar propaganda politik dan perang urat saraf. Kalau saya memakai ilmu yang saya miliki, saya pikir mereka kelabakan. Kalau teknik itu saya gunakan, saya bisa porak-porandakan pemerintah. Saya melakukan ini hanya warning saja. Tapi kelihatannya sudah banyak yang kebakaran jenggot.
Anda dinilai balas dendam kepada SBY karena dipecat dari kabinet?
Balas dendam itu kan stigma baru lagi. Saya tahu ada yang menuduh bahwa saya sakit hati karena dipecat SBY. Propaganda politik itu sebenarnya bukan kebenaran tapi menciptakan stigma-stigma kepada lawan. Itu salah satu penyakit pemerintah ini. Orang suka menyerang orang lain semaunya. Ketika dibalikkan argumennya, mereka nggak bisa jawab. Malah menciptakan stigma, itu kultur yang buruk.
Anda merasa dirugikan?
Tentu saya merasa dirugikan karena terus menerus menciptakan stigma untuk saya. Padahal saya tidak pernah menciptakan stigma pada orang lain. Kalau berdebat dengan orang, saya rontokkan argumentasinya dan melawan pikirannya tapi saya tidak melakukan stigma-stigma orang itu dengan stigma tertentu. Perlu diketahui, sejak 2004 mereka selalu menciptakan stigma bahwa saya ini koruptor tapi mereka kan sudah punya KPK dan nggak ada buktinya. Setiap hari di twitter ada tuduhan-tuduhan ini dan saya tahu bahwa mereka ini style-nya orang suruhan.
Sebelumnya Anda tidak pernah membalasnya?
Mereka ini kan menyerang terus dan memaki-maki saya. jawaban saya tidak pernah diperhatikan dan dipertimbangkan. Tapi mereka menyerang saya terus. ini membuktikan mereka tidak punya ide untuk membantah saya. Kalau misalnya mereka menembak sepuluh kali kepada saya, dan saya tembak balik satu kali, mereka tidak merubah strategi tembakannya, karena hanya prajurit. Sebenarnya ada upaya sistematik untuk mengerjai saya dan nggak pernah bosan. Saya serang balik, mereka sudah kebakaran jenggot.
Ucapan Anda di twitter dinilai menghina Presiden, tanggapannya?
Saya tidak ada maksud menghina Presiden. Sama sekali tidak ada. Tapi tolong juga jangan menghina saya.
Sebenarnya ada apa Anda sering berseteru dengan Denny Indrayana?
Saya pikir dia hanya pion. Sejak dari Pukat UGM sampai sekarang kerjaannya begitu. Ada kerjaan sistematik untuk membunuh karakter saya dengan terus menciptakan perang urat saraf dan stigma. Saya juga nggak ngerti. Ada apa sih sebenarnya. Waktu saya mencalonkan diri sebagai presiden, tiba-tiba dilibatkan kasus Sisminbakum. Kemudian menciptakan stigma untuk membunuh karakter. Sebenarnya selama ini saya malas bereaksi. Tapi kalau begini terus, ya saya coba balikin. Saya menggunakan senjata-senjata yang mereka pakai. Saya ini belum menggunakan senjata saya sendiri. Tapi semuanya sudah goyah. SBY harus bersikap tegas kepada pembantunya yang hanya membikin kegaduhan di negara ini.