Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Selamat Tinggal

30 Desember 2012   10:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:48 122 0
BILANGAN tahun sudah berganti. Selusin tahun di milenium ketiga tarikh masehi sudah dilewati, berbagai pengalaman menjadi inspirasi untuk bekal memasuki era baru, hari-hari baru yang diharapkan lebih baik. Tahun 2012 sudah usai.

Bermacam cara orang merayakan pergantian tahun, yang sebenarnya tak berbeda dengan pergantian hari yang satu ke hari berikutnya.  Ketika langit semarak oleh gemerlap kembang api, di sudut lain orang merintih meratapi kesengsaraannya. Saat orang bersukacita dalam arak-arakan kendaraan bermotor, saat yang sama ia meracuni paru-paru orang lain dengan asap karbon dari knalpotnya.

Toh ada pula yang memanfatkan malam itu untuk i'tikaf dan berdzikir, menyungkurkan kepala dalam totalitas sujud syukur terhadap Sang Maha Pencipta, yang masih memberi napas di tengah bumi yang makin renta dan habis dikupas, diperas, dikuras, dihisap, dan dicemari atas nama industrialisasi.

Banyak pula yang tampaknya tak perduli bahkan tak tahu menahu apa pentingnya pergantian tahun bagi mereka. Setahun, seabad, seribu tahun, mungkin rentang yang panjang, tergantung pada bagaimana manusia memandang dan memaknainya.

Peradaban manusia berlangsung jauh sejak sebelum tarikh Masehi disusun. Masyarakat di Cina, merayakan tahun ke-5000-an lebih peradabannya. Warga Mesir merayakan pergantian tahun ke- 7000-an. Bagi yang menghitung kurun lewat penanggalan Hijriah, lain lagi. Demikian pula tarikh lain sesuai kebudayaan masing- masing.

Kita --yang mengukur waktu dalam dimensi bangsa manusia sang khalifah bumi-- mungkin menganggap kurun setahun, seabad, satu milenium sebagai rentang yang panjang.

Einstein menghitung, kecepatan tertinggi dari gerak adalah kecepatan cahaya, yakni 186.284 mil per detik - atau 299.795,711 (hampir 300.000 kilometer per detik). Satu tahun cahaya adalah jarak yang ditempuh cahaya dalam setahun.

Jadi, kalau kecepatan rambat cahaya dalam ruang hampa udara 300.000 km per detik, maka hitung saja kira-kira jarak yang mampu dicapai manusia jika mereka bisa menciptakan wahana antariksa yang 'sama dengan kecepatan cahaya'.

Karena itu, meski sudah mampu mengembangkan peradaban selama 2000 tahun, atau 5000 tahun atau bahkan 7000 tahun, mahluk manusia ini sebenarnya sangat tak patut berpongah diri, berbesar kepala, dan mengangungkan diri sebagai sang penakluk Bumi.

Bumi cumalah setitik planet yang mahakecil di tengah luas tanpabatasnya semesta raya. Sepanjang abad keempat sebelum Masehi, Aristoteles dan Epicurus berbeda pendapat tentang keberadaan dunia lain dan penghuninya selain bumi.

Pertanyaan ini masih belum terjawab selama 2.000 tahun, hingga kini. Para ahli selama ini hanya tahu bahwa matahari merupakan sebuah bintang di antara 100 miliar benda langit lain --yang sudah terperikarakan-- dalam langit semesta.

Padahal, pada mulanya langit dan bumi adalah satu yang kemudian dipisahkan, kemudian segenap benda hidup dijadikan dari air (Al-Anbiya -30). Ini bisa saja ditafsirkan, ada 'bumi' lain di jazirah antariksa langit yang tanpa batas itu.

Pernah diberitakan, para ahli astronomi di Observatori Lick dekat San Fransisco, menemukan sistem tata surya di luar yang kita kenal selama ini. Sistem tatasurya yang baru ditemukan itu terdiri atas tiga planet raksasa yang mengorbit bintang --yang mereka namai-- Upsilon Andromedia, salah satu planet paling dekat dan paling terang di kaki langit yang berjarak 44 tahun cahaya.

Karena itulah, jika pada malam hari --juga ketika pergantian tahun -- orang menengadah ke langit dan kebetulan melihat gugus bintang, mungkin saja yang disaksikan itu sesungguhnya adalah pancaran cahayanya 44 tahun lalu, 50 tahun lalu, atau bahkan mungkin 1000 tahun lalu jika diukur dengan rentang waktu manusia bumi yang kita pijak.

Jika planet lain juga ada penghuninya dan memiliki kesadaran waktu serta menghitungngya atas dasar orbit, bisa jadi hitungan mereka berbeda dengan hitungan kita. Bahkan planet keluarga kita saja seperti Jupiter, setahunnya sama dengan 12 tahun bumi. Di Venus, setahun sama dengan 225 hari Bumi, sedangkan rotasinya (perputaran pada porosnya) hanya 234 hari Bumi. Artinya, satu hari di Venus lebih lama dari setahunnya!

Jadi, apa sesungguhnya makna pergantian tahun, yang selalu dirayakan oleh sebagian penduduk Bumi, jika rentang waktu yang pasti dan demikian teratur itu ternyata demikian nisbi pula? Jawabnya tentu berpulang pada bagaimana manusia memaknai hari demi hari agar tiap hari membawa dan menjadikan kita lebih baik lagi.

Selamat tinggal 2012! **

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun