Tardi terbangun ketika angin semilir menerpa pipinya. Dia cepat bersila. Tardi memperhatikan jam dinding di depannya. Begitu ingat jarum jam itu sudah tidak berdetak, dia segera beranjak. Pemandangan remang pesawahan seperti siluet-siluet indah ketika Tardi mendorong pintu musola. Udara dingin segar merasuki dadanya.
KEMBALI KE ARTIKEL