Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Sajak - Sajak Galau

2 Juni 2012   06:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:29 1416 1
I.

Dulu.. Seandainya semua dapat ku tahan,

Sebelum waktu mempertemukan dua asa yang berbeda
Namun ternyata salah, waktu membiarkannya berjalan tanpa arah


Hingga ia harus terbentur pada satu kenyataan

Jika memang harus beranjak pergi secepat ini
Maka biarkan asa yang ada padaku yang menyingkir enyah dari semua ini.


II.

Warna....
Ya, aku masih ingat dengan beberapa warna yang sempat kumiliki

Kala rasa itu bertengger dengan indah pada relung jiwa yang kini rapuh
Namun,  warna itu hanya sesaat.


Dan kini hanya kelam, aku hanya berdiam menanti gelap dalam hening bisu nuraniku, walau ada sisi lain yang memekik untuk terus memberontak pada keadaan yang tak memihaknya.

Sudah... Kuakhiri sudah, cukupkan warna itu berhenti pada satu warna ini.

Gelap, biarkan aku yang terus berada dalam diam kehampaan ini. Terselubung pada kesakitan.

III.

Embun, Senja...

Dua nuansa pada waktu yang berbeda.

Namun selalu bisa menghadirkan asaku pada kabut embun dan langit senja

Menggantung harapku di antara barisan mimpi-mimpi yang tak tereja oleh kata,

Yang tak terurai oleh retorika indah..

Atau melalui paparan yang logis. Ha, andai rasa ini bisa ia rasakan.

IV.

Aku berharap pada angin, lirih menerpa wajah yang nanar akan kerinduan..

Kapan ia akan membawa serta ragaku kepadanya

Yang sebelumnya tak pernah terjamah..

Kapan jua waktu mengizinkanku merengkuh bayang

Yang selama ini semu pada nyata dzahirku
V.

Ada rasa rindu yang menelusup pada tiap-tiap sudut hatiku

Pelan.. Menebar rasa yang selama ini coba  kukubur,

Pada dinding hati kemunafikan yang rapuh karena cinta.

Cinta yang pernah membawa rasa ini jauh

Pada sosok yang belum pernah kutatap dengan mata senduku..

Yang merinduinya...

Hanya dengan keberanian yang terlindung oleh jarak..

Teruntuk : Nesya_ ( 02-06-2012 )

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun