Di kedalaman sumur, nama itu senyap, dingin dan menggigil. Yakub gelisah, galau dengan mata yang katarak. Penglihatan sekeping celah, benderang nan redup. Yusuf ditelan padang gurun, kemudian naik dalam gegar pikulan caravan. Hidup antara budak, fitnah, kumal, gelap, jeruji penjara. Keteguhan iman yang menghunjam, bertindak sebagai pembebas. Zulaikha yang melemparkan dia ke penjara, dan Zulaikha pula yang menghidu madu. Setiap desiran darah yang mengalir dalam nadi Zulaikha, membentuk huruf; Y u s u f. Dan darah di ujung jemari yang menetes jatuh vertikal ke tanah, juga membentuk huruf: Y u s u f…, Y u s u f,… Yusuf,… Yusuf. Dalam ‘igau’ sentak pelana kuda, lalu Zulaikha berlari kencang. Debu yang beterbangan dari telapak pelana kuda itu, lalu menggumpal dan membentuk huruf;Y u s u f…dan YUSUF… Ini kesan para penghayat esoteric mengenai Yusuf.