Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Kompasiana Bukan Tempat Mencari Jodoh-jodoh Online

14 September 2011   04:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:58 340 4

Siapa sih yang tak ingin mendapatkan jodoh yang baik? Kalau dari istilah jawa yang baik bibit bobot bebetnya. Atau yang agamis mendapatkan sesuai dengan empat kriteria (cantik atau tampan, kaya,keturunan baik-baik, dan agama yang bagus).

Semua pasti berdoa menurut agama dan kepercayaannya masing-masing dan berusaha sebaik mungkin. Seperti halnya saya. Tapi tahukah betapa jalan seseorang itu berbeda-beda satu sama lainnya?Saya ingat sekali, saya dianjurkan menikah oleh seorang Kyai pemilik Pesantren di Daerah Banten tepat di awal tahun 2011.Ketika itu saya bersilaturahiim ke sana.

”Menikahlah segera”Serunya ketika saya hendak pamit pulang.

“Doakan saja Pak Kyai”Balasku.

Saya tak pernah merasakan Tuhan begitu tak adil kepada Saya, karena sampai saat itu belum juga dikaruniakan jodoh. Meski beberapa kali menjalin kasih dengan perempuan-perempuan terbaik yang pernah saya kenal. Baik ketika masih menyandang status mahasiswa ataupun setelah bekerja. Pikiran saat itu satu, saya akan menjadikan salah satu perempuan  yang saya temui menjadi istri saya ketika dia bisa menjawab pertanyaan;

“kenapa engkau ingin menikah?”

Aktivitas sehari-hari pun kembali seperti sedia kala,di kala senggang selalu saya sempatkan membuka kompasiana. menulis dan terus menulis,membaca tulisan teman-teman dan mengomentarinya. Tepat di Tanggal 24 Januari 2011,   saya menemukan tulisan yang menarik perhatian saya .Judulnya Istikharah ( kuberakhir di hari ke -84). Membacanya meyakinkanku betapa rligiusnya orang ini.

Berawal dari dunia tulis menulis di kompasiana, di awali dengan saling berbalas komentar di wall masing-masing. Awalnya tak pernah tersadari, karena tulisan tidak bisa membuat orang bergetar hatinya.Pertemuan dan saling berkomunikasi yang menyebabkan getar-getar rasa itu hadir. Kompasiana akhirnya menjadikan pertemuan itu nyata pada akhirnya.

Kompasiana tidak hanya menyajikan sesuatu tulisan yang begitu bermakna bagi si penulis maupun pembacanya. Kreatifitas team di dalamnya turut andil dalam berseminya kasih bernama cinta. Karena Citizen Jurnalisme (Jurnalisme warga)  memang harus sering berkomunikasi baik di dunia maya maupun di pertemuan nyata sperti halnya kopi darat atau kopdar.

“Aku menghargai cinta seujung kuku, karena dia akan tumbuh dan tumbuh meski sering kita potong”

Dalam bulan dekat ini Insya Allah saya dan keluarga akan bertemu dengan keluarga besarnya .Bertemu untuk  memastikan dua hati ini bisa  menjaga hati-hati yang lebih banyak lagi.Saling menjaga hati ini kami namakan dengan cinta.

Cinta bagai sebuah alur orkes simponi yang dimainkan oleh Mahakarya Tuhan semesta alam .Begitu indahnya. Namun cinta pun akan dibuat begitu syahdunya bila ada diantara kedua insan tak saling berkomitmen menjaga hatinya.

Kompasiana bukan ajang mencari jodoh,namun bagi yang berketetapan hati.Mempunyai itikad baik terhadap cinta itu sendiri, maka dimanapun kita berada di situlah akan bersemi. Cinta bukan berarti harus memiliki adalah sesuatu yang pesimistis. Cinta harus dimiliki , karena baru akan bermakna ketika bisa menjaganya. Cinta harus diperjuangkan meski harus dari tempat ketinggian. Maka dari itu kita lebih sering mendengar jatuh hati atau jatuh cinta. Kalaupun harus jatuh, dia akan tahu harus jatuh kemana.

Sesuatu yang dilihat dari ketinggian akan lebih baik dibandingkan dari jarak lainnya. Jatuh cinta akan terasa sakit bila kita salah menjatuhkannya kepada orang yang dinilainya baik tapi ternyata tidak baik. Begitu juga di Kompasiana , dari layar monitor saya memandang tulisannya begitu indah, beraneka ragam ceritanya. Dan memutuskan untuk mengetahui bagaimana kepribadiannya sesungguhnya.

Cinta yang dijalin melalui media kompasiana bukan berarti semuanya mulus, ada yang kecewa ada juga yang bahagia. Ada yang terluka karena gayung tak bersambut, ada yang menggantung tak jelas rimbanya. Kompasiana adalah jalur alternatif mengenali calon pasangan dari karakter dia menuliskan ide , cerita bahkan karya fiksinya. Sepersekian persen kita lah yang harus menentukannya dia adalah jodoh kita atau bukan.

Berdoa kepada Tuhan adalah sesuatu hal yang mutlak perlu dilakukan. Berdoalah yang spesifik. Inginnya apa , bagaimana rupanya, bagaimana sifatnya,bagaimana keturunannya,bagaimana akhlak atau agamanya. Doa yang belum terkabul bukanlah akhir segalanya. Karena disitulah letak positifnya sambil berdoa kita juga dituntut untuk mencari tahu dan menemu kenali lebih banyak lagi dan lebih banyak lagi orang yang sesuai kriteria kita tadi.

Jalur jodoh sangat lah indah, dia hadir di tangan Tuhan karena doa dan usaha yang benar. Segeralah hampiri dan tanyakan, maukah kau menikah denganku karena Tuhan semata?

Meski kita bertanya melalui jalur online, tapi tetaplah tujuan nya untuk satu , yaitu untuk kebaikan kalian berdua.

Terimakasih kompasiana, sharing and conecting ternyata bisa membuat kebaikan yang begitu indah ,bersatunya insan manusia yang mempunyai niatan menjadikan hidup ini lebih berwarna dan menjadi baik.

Engkau tak secantik siti Aisyah

Engkau tak sebijaksana Siti Khadijah

Engkau tak sesabar Siti Hajar

Kupilih engkau ,

karena engkau adalah perempuan biasa

seorang  perempuan yang berpotensi menjadi lebih baik.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun