Permasalahan sampah di negeri ini seakan seperti melewati terowongan gelap nan panjang dan tak berujung. Sampah masih dianggap sebagai sesuatu yang tak pantas dilihat dan dipikirkan. Gambaran paling mudah bisa kita temui setiap saat di jalan raya, pengemudi dan penumpang begitu entengnya membuka kaca mobil kemudian littering sampah entah itu tisu, bungkus makanan, bungkus permen, puntung rokok dll. Jika kita bepergian melewati jalan tol, cobalah tengok pemandangan sekitar gerbang pembayaran tol, bakalan tersaji ratusan tiket tol yang tersebar di empat penjuru angin. Kita juga mungkin termasuk di antara orang-orang yang tidak bisa melihat tanah kosong karena setiap ada sejengkal saja tanah kosong niscaya akan kita lempari dengan sampah. Dahulu, yang namanya jalan tikus bermakna konotasi, jalan kecil yang biasa menjadi alternatif rute ketika jalan besar dilanda macet atau sedang ada operasi polisi. Tetapi sekarang jalan tikus sudah berubah makna menjadi makna denotasi, yaitu jalan yang di atasnya terbujur bangkai tikus. Entah apa yang ada di otak orang-orang yang dengan sadar membuang bangkai tikus di jalan raya, begitu besarkah dendam mereka terhadap tikus?sehingga setelah mati pun, tikus harus menghadapi penyiksaan lindasan roda-roda kendaraan bermotor.