Menurut Aan Darmawan, salah satu Dosen Ilmu Komunikasi STAH N Mpu Kuturan Singaraja, Â menyebutkan bahwa kita tidak bisa pungkiri perkembangan dunia digital sudah menyasar ke segala sisi kehidupan, hampir tidak ada kehidupan manusia yang tidak terpengaruh digitalisasi, kurangnya kemampuan memahami suatu informasi menjadi penyebab kurangnya etika bermedia digital, "Etika itu berarti sistem nilai atau moral (baik dan buruk) yang harus dipegang saat berinteraksi dengan orang lain namun yang menjadi hambatan adalah masih banyak pengguna internet yang menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik. Sehingga banyak masyarakat yang mudah terpapar informasi yang tidak benar dan kemudian mengekspresikan ketidak sukaannya tanpa beretika" Ujarnya.
Aan Darmawan juga menyebutkan bahwa pada dasarnya dunia digital dan dunia nyata itu sama saja. Hanya saja dalam dunia digital kita memiliki akses yang tanpa batas, sehingga Netiquet atau etika digital sangat dibutuhkan dalam dunia digital, "Dalam dunia nyata maupun dunia digital etika itu sangat diperlukan, kita harus mengetahui hal baik dan buruk ketika kita berinteraksi dengan orang lain. Namun di dalam dunia digital kita berinteraksi dengan pengguna internet dari berbagai suku bangsa dan agama, di dalam dunia nyata pun seperti itu, namun di dunia digital memiliki akses yang tanpa batas. Oleh sebab itu Netiquet atau etika digital harus ditumbukan dan diterapkan" Terangnya.
Selain itu Aan Darmawan juga menambahkan bahwa dengan adanya UU ITE sudah menjadi hal yang sangat bagus untuk membatasi hal hal yang diluar batas etika, tinggal penegakannya saja yang diperbaiki. Selain itu kita juga harus memiliki kecakapan digital atau literasi digital sebagai solusi dari kurangnya etik bermedia digital, Â "Dengan adanya UU ITE sudah sangat bagus , namun sekarang perlu penegakan yang adil atau tidak tebang pilih. Tetapi bukan berarti ketika orang mengeluarkan kritiknya itu salah, kita juga harus bisa membedakan antara kritikan dengan sumpah serapah.Â