Jangan dikira di Arab Saudi enggak ada yang jual minuman keras. Yang jual biasanya orang-orang kedutaan yang punya privilege khusus. Harganya berkali-kali lipat lebih mahal dari Jakarta.
Nah yang saya sebut pesta atau party dalam bahasa Inggris ya pesta yang menyediakan minuman keras ini. Walau sebutannya pesta, belum tentu orangnya banyak. Lima orang saja sudah bisa disebut pesta. Asal ada tamu, minuman keras/soft drink, musik dan makanan ringan. Itu saja koq.
Saat masih baru-baru disana dan diajak pesta, saya kira pesta tuh yang gimana. Ternyata ya begitu doank. Kitanya sudah gaya semaksimal mungkin eh tamunya cuma sedikit terus pakai ada minuman beralkohol lagi. Malas banget deh. Bukan apa-apa, saat awal tinggal disana saya belum memakai jilbab dan saya memang tidak pernah meminum minuman beralkohol. Untuk orang yang senang 'minum', pastinya ya senang banget diundang ke 'pesta' ini.
Selainnya itu, pesta ini juga dijadikan ajang mencari pasangan. Banyak yang kecantol dan akhirnya membina hubungan rumah tangga.
Pesta ini biasanya diselenggarakan di compound (komplek perumahan) yang dihuni oleh pekerja-pekerja asing. Compound ini kebanyakan diisi oleh pekerja asing dengan gaji besar. Beberapa compound tidak membolehkan penduduk asli Saudi untuk masuk. Kasian banget ya, di negara sendiri mereka dilarang masuk ke compound tersebut. Kalau yang punya acara orang pas-pasan, yang mana mereka tinggal di apartment, ya acaranya juga diam-diam takut mengganggu penghuni di bangunan tersebut, suara musiknya dipasang dengan volume rendah.
Di beberapa kesempatan pesta bisa juga diselenggarakan di kediaman orang Arab Saudi.
Selain saya enggak tertarik untuk ikut 'pesta' tersebut, saya juga merasa enggak nyaman takut kalau tiba-tiba digrebek mottawa. Mottawa itu polisi Islam yang kerjanya mencari pasangan yang bukan muhrim berjalan bersama dan orang-orang yang mengadakan pesta ini. Daripada sepanjang acara saya enggak nyaman,mendingan saya menghindar. Di beberapa kesempatan memang penggerebekan tersebut terjadi secara random.
Kalau sampai berurusan sama mottawa, penjara tempatnya dan paspor dengan cap pelacur (katanya hlo dengar bisik-bisik dari orang lain) untuk dipulangkan ke negara asal.. Naudzubillah, jangan sampai deh. Lah tujuan kesana mau mencari nafkah dan pengalaman, kalau sampai tertangkap, kasian keluarga di Jakarta. Ada beberapa rekan kerja saya orang Indonesia maupun bangsa lain yang tertangkap, bukan saat pesta, tapi saat sedang berjalan bersama pacarnya yang notabene bukan muhrim. Kalau mereka kenal orang dalam perusahaan tempat bekerja, masih bisa KKN (bahasa arabnya 'wasta') minta bantuan agar tidak dipenjara dan tetap bekerja disana.
Selain minuman beralkohol, pesta tertentu juga menyediakan 'mary g' dsb nya deh. Pernah saya diundang oleh pacarnya sahabat saya, enggak ada cara untuk menolak, sayapun datang. Ternyata makanan yang disajikan menggunakan wine. Setelah makan saya merasa ngantuk ditambah asap yang saya kira asap apaan dan ternyata itu asapnya 'mary g'. Langsung saya buru-buru pamit pulang dengan alasan mengantuk. Ya memang mengantuk sih, katanya menghirup 'mary g' itu bikin mengantuk.
Malam tahun baru dan hari valentine juga biasanya dirayakan disana dengan pesta tersebut. Selain itu, akhir pekan malam jum'at juga jadi ajang pesta untuk para party goers ini. Biasanya rekan kerja sudah jauh-jauh hari mengantisipasi dengan memilih jadwal libur pada tanggal tersebut. Walaupun memakai abaya (baju luar berwarna hitam), tapi wanita-wanita tersebut memakai baju yang sexy di dalam. Benar-benar gaya saat berpesta. Dengan make up tebal, rambut yang di blow atau di catok dan aroma perfume yang tercium dari satu km (lebay gak sih?), kita yang enggak pergi pesta sudah tahu mau kemana wanita-wanita tersebut.
Kalau yang punya acara royal, ya enggak hanya makanan ringan, makan malam pun tersedia. Ongkos pulang pun kadang dibayarin. Acaranya bisa diselenggarakan di dalam rumah maupun di tepi kolam renang (rata-rata compound menyediakan kolam renang).
Di beberapa kesempatan saya enggak bisa mengelak kalau yang mengundang sahabat saya. Lucu juga melihat bagaimana pesta ini menjadi tempat mencari jodoh. Kalau cocok, ya ceweknya tersebut diantar pulang (kebetulan dulu di compund kami ada jam malam pukul 12 teng) dan berlanjut dengan pertemuan-pertemuan berikutnya. Sementara yang enggak mendapat pasangan, paling tidak mendapat tebengan pulang ke compund karena teman yang mendapat pasangan tersebut.
Mungkin karena terbatasnya hiburan di Arab Saudi sana, pesta ini merupakan pilihan untuk melepas lelah dan kepenatan setelah lima hari bekerja. Pesta tersebut juga terbuka untuk umum, dalam artian tamu yang diundang dipersilakan untuk membawa teman sebanyak-banyaknya. The more the merrier.
Kadang saya malah melihat tamu-tamu yang ogi (ogah rugi), dikarenakan membeli minuman beralkohol tersebut mahal banget, jadilah mereka party goers yang eksis di setiap pesta demi minuman gratis.