Lahirnya revolusi Industri 4.0 ditandai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) yang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Hal tersebut mendorong perubahan pada aktifitas masyarakat menjadi semakin mudah dan cepat dengan adanya bantuan Artifisial Inteligent-AI (kecerdasan buatan) dengan bantuan robot dan IOT. Pendapat tersebut didukung oleh pernyataan Imron et al., (2022) yang menyatakan ICT saat ini telah mengambil alih pekerjaan manusia. Lebih lanjut ia menyatakan dengan adanya ICT pada abad 21 ini keterampilan yang diharapkan bukan lagi manual dan procedural, namun lebih ke arah 4C, yakni critical thinking (berpikir kritis), creative (kreatif), communicative (komunikatif) dan collaborative (kolaboratif). Kunci efektifitas terselenggaranya pembelajaran abad 21 ialah dengan penguasaan ICT(Wiradimadja et al., 2021). Oleh karena itu, fenomena ini perlu disambut oleh semua kalangan masyarakat, untuk mendukung percepatan terwujudnya society 5.0 termasuk oleh semua para pendidik di Indonesia. Society 5.0 itu sendiri adalah kelanjutan dari revolusi industry 4.0, yakni kemampuan manusia di era ICT untuk mengembangkan nilai atau innovasi melalui teknologi dan mengurangi kesenjangan-kesenjangan pada kehidupan manusia. Atas dasar teoritis tersebut, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia menggalakan penerapan kerangka TPACK (Technological, Pedagogical, Content Knowledge) dalam dunia pendidikan melalui Permendikbud No. 23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti yang menjadi dasar dari Gerakan Literasi Sekolah dan juga Permendikbud No 22 tahun 2016 tentang Standar Proses (Nofrion et al., 2018).
KEMBALI KE ARTIKEL